Dalam prinsip desain, Nirmana merupakan unsur yang sangat penting. Nirmana adalah tata unsur-unsur rupa, seperti garis, bentuk, warna, titik, dan tekstur, menjadi satu kesatuan yang tampak indah atau memberikan dampak yang diharapkan. Dalam keris dikenal istilah guwaya atau pasikutan, yang setara maknanya dengan nirmana tadi.

Demikian juga dengan keris. Desain, konsep serta rancang bangun sebuah keris menghasilkan beratus-ratus dhapur atau bentuk keris, dengan ricikan atau anatomi yang berbeda-beda. Dhapur keris hampir seluruhnya memiliki semiotika atau memiliki makna yang disimbolkan oleh setiap bagian ricikan kerisnya. Masing-masing dhapur keris mengajarkan sebuah ajaran budi pekerti luhur tentang kehidupan. Mungkin dapat dibayangkan atau diasumsikan bahwa lahirnya satu persatu dhapur keris adalah seiring sejalan dengan ajaran budi pekerti yang dibawanya. Dengan demikian kami berpendapat bahwa keris adalah dinamis, dalam arti masih terbuka lebar peluang untuk mencipkan dhapur keris baru, yang diwakili oleh bentuk atau desain baru, yang membawa ajaran budi pekerti baru, mengikuti perubahan peradaban dan nilai kemanusiaan.

Di era millennial ini, telah lahir banyak keris kontemporer, yang menjadi dhapur baru keris, di luar pakem yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Keris kontemporer tersebut dibuat benar-benar dengan desain baru yang belum pernah ada sebelumnya, atau mengikuti kaidah ATM (amati, tiru, modifikasi) dalam ilmu seni rupa dan desain. Muncul harapan untuk memperkenalkan keris kepada mahasiswa dan praktisi seni rupa, desain grafis, designer dan disiplin ilmu terkait serupa lainnya, untuk memicu lahirnya bentuk, desain dan dhapur keris baru, yang membawa ajaran budi pekerti kehidupan yang disimbolkan atau dititipkan pada bilah keris bersangkutan.