EPISODE
Keris Story Keris Story
653 subscribers
916 views
0

 Published On Sep 25, 2022

KERIS SETAN KOBER...
Dalam kesempatan ini kita tidak hendak membahas sejarah asal-usul atau kebenaran tentang keris Setan Kober tersebut. Keris Story hendak menguraikan pendapat bahwa nama sebenarnya dari keris tersebut bukanlah Setan Kober, namun Sih Tan Kober. Sekali lagi, ini adalah pendapat. Jadi tidak mengandung unsur benar atau salah.

Sih berasal dari kata Asih yang bermakna senang, suka cita, dan asmara. Tan berasal dari kata Datan, yang berarti tidak atau bukan. Sedangkan Kober bermakna sempat atau memiliki waktu. Jadi Sih Tan Kober mengandung makna bahwa untuk bersenang-senang atau berkasih-kasihan saja, tidak sempat atau tidak memiliki waktu.

Kata Setan mungkin berasal dari serapan Bahasa Arab Syaiton. Ada pendapat yang mengatakan bahwa keris ini dibuat oleh Mpu Bayu Aji dari Pajajaran, di era Majapahit. Kemungkinan besar pada era itu, kata Setan belum popular, walau Islam telah masuk de tanah Jawa. Untuk menyebut setan, masih banyak menggunakan istilah dhemit atau sejenisnya. Ada pendapat yang menceritakan bahwa Mpu Bayu Aji dalam membuat keris tersebut sangatlah tekun dan dilakukan dengan mencurahkan sepenuh perhatian, jiwa raga, waktu dan pikirannya. Bahkan untuk berkasih-kasihan atau bersenang-senang dengan istrinya saja tidak sempat. Karena gentur atau kuatnya komitmen dalam membuat keris tersebut, akhirnya keris tersebut diberi julukan atau gelar Sih Tan Kober, karena untuk bersenang-senang saja tidak sempat.

Keris Story mengulas ajaran budi pekerti dari nama keris Sih Tan Kober tersebut sebagai pengingat agar kita seyogyanya fokus, fully commited, dan mencurahkan segenap daya, upaya, tenaga, pikiran dan waktu untuk menuntaskan, menyelesaikan atau mencapai apa yang kita tuju atau rencanakan. Entah itu pekerjaan, tugas, tujuan hidup, angan-angan, rencana atau apapun. Jangan mudah goyah, tergoda dan berbelok arah yang disebabkan oleh rayuan atau godaan kesenangan semata di tengah jalan. Jangan pula bermalas-malasan dan suka menunda sesuatu, atau menggantung sebuah urusan tidak tuntas. Tunaikan dulu kewajiban, tugas, dharma. Capai dulu tujuan, angan-angan, keinginan dan wujudkan rencana yang kita rancang dengan semaksimal mungkin. Setelah itu baru kita boleh memberi penghargaan kepada diri sendiri dengan syukur berwujud apapun yang positif. Ada saatnya untuk bersenang-senang, nanti, setelah semua kita tunaikan dan selesaikan. Hidup harus senang. Yang seyogyanya tidak dilakukan adalah bersenang-senang.

show more

Share/Embed