Babad Tanah Pajang - "Surutnya Majapahit dan Tenggelamnya Pajang" JILID 2
Kisah Sejarah Nusantara Kisah Sejarah Nusantara
1.05K subscribers
1,680 views
15

 Published On Jan 24, 2024

"Hai semua, selamat datang di saluran sejarah ini! Saya harap anda selalu dalam keadaan baik dan sehat, kita akan menggali kisah-kisah menarik dari sejarah masa lampau. Dari intrik politik hingga petualangan yang luar biasa, mari kita jelajahi bersama-sama. Jangan lupa tekan tombol like, dan subscribe, agar tidak ketinggalan setiap episode sejarah yang seru. Jika chanel ini bermanfaat, jangan lupa untuk share ya, Saya berharap Anda menikmati perjalanan ini.

Kerajaan Pajang atau Kesultanan Pajang adalah salah satu kerajaan bercorak Islam di nusantara yang berumur pendek. Kesultanan yang didirikan oleh Hadiwijaya atau Jaka Tingkir ini hanya berkuasa dari 1568 sampai 1586 masehi.

Kerajaan Pajang terletak di daerah perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta, dan Desa Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Namun, di kompleks keraton saat ini hanya tersisa berupa batas-batas pondasinya saja. Penyebab dari hilangnya jejak kraton pajang dikarenakan politik bumi hangus oleh kesultanan mataram yang pada saat itu dipimpin oleh sultan agung karena pemberontakan pajang terhadap mataram, kita akan bahas tentang pemberontakan pajang ini dalam episode kusus kedepanya.

kembali ke pajang,
Nama Pajang telah disebutkan dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis pada 1365 sebagai bagian dari tanah kekuasaan Majapahit. Penguasa Pajang adalah adik Hayam Wuruk, Dyah Nertaja, yang bergelar Bharata I Pajang atau disingkat Bhre Pajang. Dyah Nertaja adalah ibu dari Wikramawardhana (raja Majapahit selanjutnya).

Babad Banten menyebutkan bahwa Pengging di Boyolali sebagai kerajaan kuno yang dipimpin oleh Anglingdriya merupakan cikal bakal Kerajaan Pajang. Ketika Brawijaya menjadi raja Majapahit, putrinya yang bernama Retno Ayu Pembayung diculik oleh Menak Daliputih, raja Blambangan.
Sebelum bergelar Ki Ageng Pengging dan berkuasa di Kerajaan Pengging, dia dulunya bernama Joko Sengoro, penguasa daerah Semanggi yang kini masuk dalam Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Daerah Semanggi ini dulu juga bagian dari Kerajaan Majapahit.

Dia dipindahkan ke Kerajaan Pengging setelah berhasil membantu Kerajaan Majapahit dalam menumpas pemberontakan di Banyuwangi. Saat dipindah ke Kerajaan Pengging inilah, dia mendapatkan gelar Sri Mangkurung Handayaningrat dan mendapatkan restu dari Brawijaya lima untuk mempersunting putrinya, Retno Pembayung.

Dari pernikahannya dengan Retno Pembayung, Ki Ageng Pengging memiliki tiga orang putra, yaitu Kebo Kenongo, Kebo Kanigoro, dan Kebo Amiluhur. Dari ketiga putra tersebut, Kebo Kenongo lah yang meneruskan tahta sang ayah dengan mendapatkan gelar yang sama. Dari sisi Kebo Kenongo, dia memiliki putra bernama Mas Karebet yang juga dikenal sebagai Joko Tingkir.

Joko Tingkir inilah yang menjadi pendiri Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Dilansir dari sebuah literasi, Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya adalah tokoh penting di Jawa karena kedudukannya sebagai Sultan yang meneruskan Dinasti Kesultanan Demak, Kerajaan Islam pertama yang hampir menguasai seluruh wilayah Jawa. daerah Pengging dijadikan sebagai wilayah Perdikan yang dibebaskan dari segala macam pembayaran pajak terhadap pemerintah. Pengging juga menjadi salah satu pusat dakwah Islam.

Seperti yang sudah dijelaskan di episode sebelumnya Dari berbagai wilayah inti di kerajaan Majapahit sebagaimana yang tertulis di Prasasti Waringin Pitu tercatat hanya ada 2 wilayah yang kesemua penguasanya adalah perempuan, yaitu Pajang dan Lasem. Sebagaimana dikisahkan Kakawin Pararaton yang dikutip dari "Pemugaran Persada Sejarah leluhur Leluhur Majapahit", Hayam Wuruk mempunyai dua orang saudara perempuan yakni Bhre Lasem yang kawin dengan Raden Larang dari Matahun. Bhre Pajang, yang kemudian kawin dengan Raden Sumana, yang bergelar Bhre Paguhan.

Dinyatakan dengan jelas bahwa perkawinan antara Bhre Lasem dan Bhre Matahun tidak membuahkan anak. Kakawin Nagarakretagama juga menyinggung dua adik perempuan Dyah Hayam Wuruk, Bhre Lasem dan Bhre Pajang. Pernyataan Nagarakretagama tentang hal itu lebih jelas.

Dinyatakan dengan tegas bahwa Bhre Lasem sebenarnya adalah putri Daha, lahir dari perkawinan Bhre Daha Dyah Wiyat Sri Rajadewi Maharajasa dengan Bhre Wengker Hyang Parameswara dengan gelar Wijayarajasa.

Jadi sebenarnya Bhre Lasem adalah saudara sepupu Dyah Hayam Wuruk. Bhre Lasem bernama Rajasaduhitendudewi. Ia adalah putri tunggal Bhre Daha yang berhak menggantikan ibunya Dyah Wiyat Sri Rajadewi sebagai Bhre Daha. Bhre Pajang kawin dengan Sri Singawardhana dari Paguhan.

#sejarah #kerajaan #babadtanahpajang #tukangcanting #sejarahnusantara #sejarahkerajaannusantara #nusantara #indonesia #surakarta #yogyakarta #artificialintellegence

show more

Share/Embed