Tutur Pitutur I RUMAH TUA DI KAMPUNG PEKIJING I Kota Serang, Banten
Mang Dhepi Mang Dhepi
2.42K subscribers
251 views
0

 Published On Jul 2, 2024

➡️Support Mang Dhepi Channel via Super Thanks
👉 Gabung Komunitas Mang Dhepi:

Please bantu SHARE ya. Semoga bermanfaat buat teman-teman lainnya. Aamiin...

Oh ya, jangan lupa SUBSCRIBE dulu ya:
➡    / @mangdhepi  
===============================

Catatan Mang Dhepi Tentang RUMAH TUA DI KAMPUNG PEKIJING, Kota Serang

Keunikan lain Kampung Pekijing adalah soal hunian warga yang rumahnya cukup besar dan memiliki halaman relatif cukup luas tapi tak berpagar. Hanya ada satu rumah berpagar di muka masuk kampung. Warganya tetap terlihat sedrhana, bersahabat dan saling menghormati satu sama lain. Ini menggambarkan bahwa kampung mereka ini tetap aman meski berada jauh dari keramaian Kota Serang. Bahkan dahulunya kampung ini berada di tengah hutan. Selain terasa damai dan sejuk, di kampung ini jarang terjadi perselisihan yang berujung keributan. Menurut Emak, pola seperti ini telah ditanamkan sejak dulu oleh leluhur mereka yang makamnya tiap tahun diziarahi secara bersama-sama saat berkumpul.

Perihal rumah tua besar yang menjadi titik kumpul saat tradisi ruwat, dikisahkan oleh Emak bahwa rumah tersebut adalah rumah pertama yang didirikan di kampung ini. Sejak dulu warga menyebutnya “Rumah Gedong”. Rumah ini dahulunya merupakan tempat berkumpul dan mengatur strategi para pejuang melawan penjajah. Saat berada di dalam rumah ada tradisi tak boleh ada perselisihan dan pertengkaran. Bahkan keunikannya, saat adanya patroli tentara kolonial, para pejuang tetap aman berada di dalam rumah. Bahkan mereka kerap menyuruh patroli itu mampir dan masuk ke rumah tersebut tanpa terjadi keributan atau penangkapan. Kemudian mereka secara bersama-sama antara pejuang dan tentara kolonial makan dan minum dengan damai.

Tradisi damai dan tanpa keributan ini tampaknya menjadi spirit yang hingga saat ini masih dipegang teguh bagi warga Kampung Pekijing dan para keluarga besar yang telah berada jauh atau merantau. Kedamaian itu kemudian mereka wujudkan dalam bentuk silaturahmi yang dilaksanakan tiap tahun seminggu setelah Idhul Adha. Tradisi inilah yang mereka sebut sebagai ruwat yang oleh Emak diartikan sebagi “merawat”, baik merawat silaturahmi maupun merawat makam leluhur sebagai peringatan bahwa semua mahluk akan mati.

ingin lebih tahu tutur pitutur Mang Dhepi saksikan videonya......

––––––––––––––––––––––––––––––
☕The Crew:
⭐Cameraman : Mang Ripin
⭐Voice Over : -
⭐Editor : Mang Dhepi
⭐Screep Writer : -
––––––––––––––––––––––––––––––
🤝Yuk Berteman Juga di:
IG:   / mang_dhepi  
Facebook:   / mang.dhepi  
TikTok:   / mangdhepi  
––––––––––––––––––––––––––––––
➡️Kontak [email protected] untuk:
- kerja sama/sponsorship promosi situs bersejarah di daerah Banten
- product placement/ad placement untuk brand Anda di dalam video Mang Dhepi
- merekomendasikan narasumber di daerah Banten

➡️👥 more info:
👉 @perpushalwany
👉 @bantenologi5007
👉 @balaipelestariankebudayaan9932
––––––––––––––––––––––––––––––
#rumahkunopekijing #rumahtuapekijing #pekijing #kotaserang #banten #sejarahbanten #senibanten #tradisibanten #budayabanten #wisatabanten #kulinerbanten #budayaindonesia #jagawarisankita #mangdhepichannel #mangdhepi

show more

Share/Embed