Gunung untuk Ritual? Estimasi Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu | Ultralight Hiking
Aziz Muhammad Aziz Muhammad
372 subscribers
5,294 views
0

 Published On Apr 10, 2024

Gunung Lawu adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Gunung Lawu memiliki ketinggian sekitar 3.265 mdpl. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat", yang diperkirakan terakhir meletus pada tanggal 28 November dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Studi pada 2019 tentang geothermal heat flow menyugestikan bahwa Gunung Lawu masih aktif sampai sekarang.

   Terdapat beberapa jalur pendakian Gunung Lawu, di antaranya Cemoro Sewu dan Singolangu di Magetan, kemudian Cemoro Kandang dan Candi Cetho di Karanganyar.

   Kali ini saya pergi ke Gunung Lawu setelah beberapa waktu lalu gunung ini mengalami kebakaran hebat. Banyak pepohonan yang terbakar, ini sangat terlihat dari sisa-sisa kebakaran yang kini masih jelas terlihat. Saya mendaki gunung Lawu sesaat sebelum banyak gunung di serang badai.


   Tags :

Aziz Muhammad

Gunung Lawu via Cemoro Sewu

Hargo Dumilah

Pendakian Gunung Lawu


Temukan saya di instagram :

https://instagram.com/azizmuhammad_?u...

Video dokumentasi pendakian terinspirasi dari video perjalanan ‪@DzawinNur.‬ , ‪@fiersabesari‬ , ‪@RikasHarsaOfficial‬

Saat ini saya tidak sendiri, lagi-lagi saya ditemani partner jalan saya, lia. Kami memulai pendakian saat pukul setengah 10 pagi. Rencananya sih tujuan kami hari ini adalah pos 5, jolotundo, rencananya kami akan bermalam di sana. Saat ini cuaca cukup cerah untuk memulai pendakian.

 Vegetasi yang rapat membuat sinar matahari dari atas sana tidak sampai membuat tubuh kami terasa panas. Pohon-pohon tinggi banyak terdapat di kiri dan kanan jalur pendakian, menambah kesan magis gunung ini.

 30 menit sampai 1 jam pertama menjadi waktu paling berat saat melakukan pendakian, karena pada rentang waktu ini tubuh sedang menyesuaian dengan aktifitas yang lebih berat daripada biasanya. Setelah fase ini, tubuh akan lebih nyaman untuk berjalan menyusuri jalur.

 Kontur jalur dari basecamp pendakian hingga pos 1 masih dominan landai. Di sepanjang jalur terdapat beberapa warung, sayangnya kali ini sedang tutup.

 Setelah 1 setengah jam perjalanan, saya tiba di pos 1. Cuaca yang semula cerah, mendadak kabut tebal, dan bisa ditebak tak lama setelahnya hujan cukup deras hingga memaksa kami berdua untuk segera mengenakan jas hujan.

 Setelahnya, saya kembali berjalan. Setelah melewati pos 1, jalur mulai terjal. Kontur jalur adalah berupa batuan yang disusun menjadi anak tangga. Kontur jalur seperti ini akan mengantar kami sampai di pos 5 nanti.

 Mendaki saat musim hujan tentu mempunyai tantangannya tersendiri. Bahkan kami sempat beberapa kali dikerjai cuaca, beberapa saat hujan deras, setelahnya cerah, hujan lagi, reda lagi cuaca labil mirip gebetanmu.

 Di musim penghujan, saya memilih mendaki gunung lawu via cemoro sewu. Di pikiran saya sih, trek cemoro sewu akan lebih ramah  untuk dilalui saat musim hujan, karena kontur jalur yang berupa batuan akan mengantar saya hingga tiba di puncak gunung. Resikonya sih jelas, medan akan lebih terjal.

 Jalur pendakian dari pos 1 hingga pos 2 akan menjadi jalur terpanjang di antara semua pos. Benar saja, sekian lama saya berjalan, pos 2 tak kunjung terlihat.

 Di tengah perjalanan, mulai tercium bau belerang dari sisi kiri jalur, kadang tercium sangat pekat, itu lah sebabnya kita tidak dianjurkan untuk bermalam di antara pos 2 hingga pos 4, mengingat letaknya yang 1 garis lurus dengan kawah gunung lawu.

 Pepohonan yang menghitam sisa kebakaran tampak jelas terlihat di kiri dan kanan jalur. Bisa dibayangkan besarnya kebakaran hutan gunung lawu beberapa waktu lalu. Di antara batang pohon yang menghitam, kini telah banyak tumbuh tunas-tunas baru. Lekas baik ya, lawu!

show more

Share/Embed