Mohammad AL-FATIH Komika - Ustadz Felix Siauw
Moslem Digital Moslem Digital
14.1K subscribers
142 views
2

 Published On Jun 7, 2020

"Sesungguhnya Konstantinopel itu pasti akan dibuka (dibebaskan). Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya," HR Bukhari.

Sejarah mencatat peristiwa besar pernah terjadi 564 tahun lalu. Pada tanggal 29 Mei 1453 kota dengan benteng legendaris yang tak tertembus itu akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad Al-Fatih atau yang juga dikenal dengan nama Sultan Mehmet II.

Mayoritas penduduk Konstantinopel pada masa Kekaisaran Byzantium beragama Kristen Ortodoks. Pada abad ke-6, ketika Heraklius menjadi kaisar Byzantium, Rasulullah SAW sempat menyurati sang kaisar untuk masuk ke dalam agama Islam. Namun sang kaisar tidak bisa mengikuti seruan itu. Ia membalas ajakan itu dengan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Upaya penaklukan -umat muslim menyebutnya pembebasan- Konstantinopel telah dilakukan sedikitnya sebanyak 8 kali oleh umat Islam. Lima kali pada diansti Umayyah, satu kali pada Dinasti Abbasiyah, dan dua kali pada masa Utsmaniyah.

Pembebasan Konstantinopel bukanlah semata-mata karena haus terhadap kekuasaan dan wilayah. Upaya pembebasan ini merupakan usaha umat muslim untuk membuktikan hadis Nabi Muhammad SAW di atas. Mereka berkeinginan dan berlomba-lomba menjadi sebaik-baik pemimpin ataupun sebaik-baik pasukan sebagaimana yang disebut di dalam hadis itu.

Semangat pembuktian hadis nabi telah tampak sejak masa para sahabat nabi. Salah seorang sahabat nabi, Abu Ayyub al-Anshari, yang ikut serta dalam upaya pembebasan Konstantinopel pertama kali pada tahun 44 Hijriah gugur dalam usia 80 tahun.

Pada akhirnya pasukan Muhammad Al-Fatih-lah yang mampu membuktikan hadis nabi di atas. Upaya pengepungan kota Konstantinopel berlangsung sejak 6 April 1453 sampai 29 Mei 1453. Setelah berhasil membebaskan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih kemudian mengganti nama kota tersebut menjadi Islam Bul yang berarti kota Islam.

Di kota Islam Bul itu Muhammad Al-Fatih kemudian membangun sekolah, pasar, perumahan, dan rumah sakit. Ia melindungi segenap penduduk, termasuk yang beragama Nasrani maupun Yahudi, dan menerapkan budaya toleransi. Ia menggratiskan pendidikan untuk setiap warga dan bahkan menyediakan rumah untuk pada pendatang yang mencari nafkah di kota itu.

Source: Kumparan

show more

Share/Embed