Wapres Canangkan Gerakan Literasi Desa Dalam Peringatan HUT Ke-44 Perpustakaan Nasional
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
68.4K subscribers
419 views
0

 Published On May 27, 2024

Jakarta—Wakil Presiden (Wapres) RI Ma'ruf Amin mencanangkan Gerakan Literasi Desa yang menjadi puncak acara Hari Ulang Tahun ke-44 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dan Hari Buku Nasional 2024.


Dalam sambutannya, Wapres menegaskan pentingnya peran buku sebagai jendela dunia. Melalui buku, dapat memperluas pengetahuan, memperdalam pemahaman, dan mengembangkan wawasan.


"Buku merupakan media utama peningkatan literasi dan prasyarat lahirnya intelektualitas. Buku juga mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Maka perpustakaan penting sebagai sumber inspirasi dan pusat aktivitas literasi masyarakat," kata Wapres di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jakarta, pada Jumat (17/5/2024).


Namun, Wapres juga menyoroti kondisi literasi di Indonesia yang masih memerlukan perhatian serius. Dia mengatakan hasil studi evaluasi sistem pendidikan yang diinisiasi oleh OECD menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia masih di bawah rata-rata negara anggota lainnya.


"Meski survei tingkat kegemaran membaca di Indonesia tahun 2023 menunjukkan peningkatan, persentasinya masih rendah, yaitu kurang dari 3 persen," ungkapnya.


Wapres mengatakan kondisi ini seharusnya memacu semua pihak untuk mengejar ketertinggalan, sehingga kualitas sumber daya manusia kita semakin meningkat dan pembangunan Indonesia semakin melesat.


"Saya meminta seluruh pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam Gerakan Literasi Desa ini," katanya.


Gerakan Literasi Desa diharapkan dapat mengajak partisipasi aktif masyarakat desa untuk mewujudkan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing, terutama dalam membangun desa di Indonesia.


"Gerakan ini hendaknya dapat membentuk dan mengubah pola pikir masyarakat desa agar dapat berpartisipasi aktif dalam program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang dicanangkan pemerintah," tambahnya.


Sebagai contoh, Wapres menyebutkan program pencanangan penanganan stunting di desa-desa yang bisa diintegrasikan dengan Gerakan Literasi Desa.


"Gerakan literasi desa dapat dimanfaatkan untuk mengubah kebiasaan para ibu di desa yang masih enggan membawa anak-anaknya ke Posyandu karena tidak paham bahaya stunting bagi masa depan anaknya," jelasnya.


Dalam arahannya, Wapres menyampaikan beberapa langkah penting. Pertama, menjalin koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak serta melibatkan para pegiat literasi.


"Rumuskan kebijakan yang pro-literasi serta sediakan sarana membaca yang nyaman dan memadai peningkatan minat baca," ajak Wapres.


Kedua, tambahnya, manfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan literasi informasi sehingga informasi yang didapat tetap relevan dan menghasilkan layanan berkualitas bagi masyarakat desa.


"Ketiga, hargai budaya dan tradisi desa serta nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini mampu membina masyarakatnya untuk terus belajar dan berpengetahuan," pintanya.


Keempat, Wapres mendorong agar memperluas cakupan Gerakan Literasi Desa sebagai pelengkap program pembangunan dan peningkatan kualitas perpustakaan di daerah.


"Masyarakat desa yang terdidik dan literasi akan menjadi tiang penyangga yang kokoh dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Mari kita tingkatkan budaya membaca dan literasi di seluruh lapisan masyarakat sehingga berdampak dan bermanfaat di seluruh pelosok negeri, termasuk bagi masyarakat desa terpencil," ungkap Wapres.


Sementara itu, pelaksana tugas (Plt) Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz menyatakan salah satu misi Perpusnas adalah menyelenggarakan program peningkatan budaya membaca dan kemampuan literasi masyarakat.


Sejak 2015, program ini telah menjadi gerakan nasional untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Namun, hasil pembangunan literasi masih sering dipertanyakan mengingat masih ditemukan fakta yang menunjukkan rendahnya tingkat kegemaran membaca para siswa dan masyarakat umum.


"Kami meyakini bahwa rendahnya tingkat kegemaran membaca dan kemampuan literasi disebabkan kurang tersedianya buku bacaan yang sesuai dengan minat pembaca. Padahal, data menunjukkan bahwa minat baca masyarakat sebenarnya cukup tinggi," katanya.


Dia menuturkan Perpusnas berikhtiar dengan menjalin koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam penyediaan buku-buku bermutu.


"Penyelarasan kebijakan dan program yang kami jalin dilakukan dengan Bappenas, Kemendagri, Kemendikbudristek, dan Kemendes PDTT dengan koordinasi dari Kemenko PMK," tuturnya.


Baca berita selengkapnya di: https://www.perpusnas.go.id/berita/wa...

show more

Share/Embed