Published On Jul 31, 2020
Menceritakan Sejarah Rumpa'na Bone 1905
Ketika Belanda menyerang Kerajaan Bone di bawah pemerintahan Raja Bone ke-31, Lapawawoi Karaeng Sigeri, tahun 1904-1905. Untuk menyerang kerajaan Bone, Belanda mengerahkan 1.332 personel militer, 575 personel non-tempur, tujuh kapal perang, 316 ekor kuda, dan berton-ton mesiu.
RUMPA'NA BONE atau Runtuhnya Kerajaan Bone, walaupun fiktif, dirangkai dengan fakta-fakta sejarah. Ribuan pasukan tewas dari kedua belah pihak dalam pertempuran massal di Pantai Bajoe'. Ini membuktikan nilai-nilai patriotisme rakyat Bugis-Makassar saat melawan penguasa Eropa.
Dalam karya fiksi ini, kita dapat menemukan kearifan lokal dalam adat-istiadat rakyat Bugis-Makassar yang menjadi jati diri dari etnis itu sampai sekarang. Demikian pula nilai-nilai kemanusiaan dalam perang yang menyentuh dan mengharukan. Semangat kebebasan dan jiwa merdeka orang Bugis-Makassar termanifestasi sat melawan kolonialisme. Kecintaan pada kebebasan ini pula yang terlihat dalam semangat pantang menyerah rakyat Sulawesi Selatan pada perang kemerdekaan menegakkan NKRI.