Sejarah Jam Gadang Bukittinggi Sumatera Barat, Mesinnya Hanya Ada 2 di Dunia
Tribunnews Tribunnews
12.8M subscribers
44,647 views
0

 Published On Premiered Aug 13, 2022

TRIBUN-VIDEO.COM - Berkunjung ke Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) menjadi impian banyak orang.

Sebagai bangunan bersejarah yang menjadi ikon pariwisata Indonesia, hampir tak banyak orang yang tak kenal dengan menara itu.

Terkadang berpose di depan Jam Gadang menjadi sebuah keharusan bila berkunjung ke Sumbar, terutama Kota Bukittinggi.

Tidak hanya bagi pelancong dari luar Sumbar, namun juga bagi warga Sumbar sendiri yang tak pernah bosan berfoto dan menikmati Jam Gadang.

Bangunan Jam Gadang terdiri dari empat sisi seperti persegi panjang yang berdiri, dengan lantai dasar mirip tapak bangunan beranjung.

Sepintas dari luar bangunan Jam Gadang setelah tapak bangunan hanya terlihat empat tingkat.

Aslinya dari dalam bertingkat enam.

Hal itu karena pandangan mengikuti tiang bangunan yang berjumlah empat buah setelah tapak dan jendela kaca yang ada pada keempat sisinya.

Sebelum menaiki menara ini, terdapat dua tangga berada di samping kiri pintu masuk menara.

Pintu masuknya menghadap ke arah barat.

Setiap tingkat bangunan dihubungkan dengan tangga melingkar yang kian ke atas kian kecil karena mengikuti pola bangunan yang mengerucut ke atas.

Di bagian atas terdapat atap bergonjong empat yang semuanya berbahan kayu dan penuh ukiran khas Minangkabau.

Ruangan paling menakjubkan tentu ruangan yang berisikan mesin mesin Jam Gadang.

Mesin yang disebut-sebut hanya ada dua di dunia.

Satu lagi dipakai untuk menggerakkan jam raksasa menara Big Ben di London Inggris, yang juga menjadi kebanggaan negara itu.

Namun yang menarik perhatian adalah sebuah besi panjang yang selalu bergerak mengayun.

Besi itu memutar sebuah roda gigi yang dikenainya.

Lalu terdapat sebuah besi bulat berwarna putih yang di pinggir lingkarannya terdapat angka-angka, dan di atasnya terdapat besi bertuliskan "B. Vortmann".

Semua komponen itu selalu bergerak dan tak terlihat terhubung dengan baterai maupun arus listrik.

Beranjak ke bagian puncak menara, terdapat sebuah lonceng berukurang besar.

Di tengah-tengah lonceng terdapat tulisan "B. Vortmann, Rellinghausen, I.W Germany".

Diketahui, Vortman adalah nama belakang Benhard Vortmann, si pembuat jam dan Recklinghausen nama kota di Jerman, tempat mesin jam ini diproduksi pada 1892.

Lonceng ini selalu berbunyi setiap waktu menunjukan pukul 00. Misal pukul 08.00 WIB dan lain sebagainya.

Tak hanya lonceng, di bagian puncak ini juga terdapat sebuah serambi melingkar yang dapat melihat Kota Bukittinggi dari berbagai sisi.

Dari puncak ini tentu bisa melihat bagaimana keramaian pengunjung di pelataran Jam Gadang dan padatnya rumah penduduk di Kota Bukittinggi.

Dari sini juga dapat melihat dengan jelas Gunung Marapi dan Singgalang yang mengapit Kota Bukittinggi.

Sepintas Sejarah Jam Gadang

Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar mengatakan, bangunan Jam Gadang ini didirikan pada 1926 dan selesai 1927, pada masa kolonial Belanda.

Pembangunannya, kata dia diprakarsai oleh Hendrik Roelof Rookmaaker, yang ketika itu menjabat sebagai sekretaris di Fort De Kock (kini Bukittinggi).

Sementara bangunannya didesain oleh seorang arsitek asal Koto Gadang, Agam bernama Yazid Rajo Mangkuto

"Pembangunannya memakan biaya 21 ribu gulden, 15 ribu untuk bangunannya, 6 ribu untuk pekerja," ujar Erman, saat menghadiri Pagelaran Budaya Sadar Bencana di pelataran Jam Gadang, Sabtu, 14 Mei 2022 lalu.

Orang nomor satu di Bukittinggi itu menyebut menara Jam Gadang ini dibangun tanpa menggunakan besi sebagai penyangga.

Sama halnya dengan menara masjid tua di Minangkabau, bangunannya dibangun hanya menggunakan bata merah dengan kapur putih bercampur pasir sebagai perekat.

Diketahui, mesin Jam Gadangnya didatangkan dari Jerman oleh Ratu Belanda, Wilhelmina sebagai hadiah karena berhasil merebut Fort De Kock ketika itu.

Setelah dibangun, jam gadang ini pernah mengalami perubahan bentuk pada saat pendudukan Jepang dengan bangunan khas negeri sakura.

Pasca kemerdekaan, bangunannya juga mengalami perubahan ke bentuk yang sekarang ini.

Hingga berdiri kokoh saat ini, bangunan Jam Gadang ini sudah melewati berbagai perbaikan dan renovasi.

Berdasarkan catatan yang ada, pada gempa darat 2007, bangunan Jam Gadang pernah mengalami kerusakan cukup parah.

Bandul di dalam mesin raksasa patah yang membuat jam terhenti. Dampak gempa juga membuat bangunan miring dua derajat dan retak kecil di beberapa bagian.

Otoritas setempat melakukan perbaikan serius untuk menanganinya hingga pulih.(*)

show more

Share/Embed