Pesona Megahnya Istana Basa Pagaruyung Batusangkar Sumatera Barat
Tribunnews Tribunnews
13.2M subscribers
38,236 views
282

 Published On Aug 23, 2022

TRIBUN-VIDEO.COM - Istana Pagaruyung atau yang bernama resmi Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung merupakan salah satu istana kerajaan di masa lampau yang masih bisa dinikmati di masa kini.

Istana Pagaruyung menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang berlokasi di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Tj. Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Kerajaan Pagaruyung

Di masa lalu, istana ini menjadi tempat kediaman sekaligus pusat pemerintahan raja-raja Minangkabau dari Kerajaan Pagaruyung.

Perjalanan kerajaan ini cukup panjang dan melalui dua fase keagamaan, yaitu Budha dan Islam.

Kerajaan Pagaruyung diyakini berdiri pada tahun 1347 dengan raja pertamanya bernama Adityawarman.

Meski demikian, tentang kedua hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti.

Peralihan agama kerajaan dari Budha ke Islam terjadi pada tahun 1409.

Hal ini ditandai dengan seorang Raja Pagaruyung yang memutuskan memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan Alif.

Istana Pagaruyung yang dapat dikunjungi di Kabupaten Tahan Datar saat ini merupakan replika dari istana aslinya yang hancur karena terbakar pada tahun 1976.

Istana Pagaruyung adalah bangunan berupa Rumah Gadang.

Basa dalam nama istana ini berarti besar, yaitu selingkar istana Pagaruyung.

Istana Basa Pagaruyung yang ada saat ini memiliki tiga lantai, yang terdiri dari 72 tonggak dan 11 gonjong atap.

Bangunannya memiliki ciri khas khusus yang berbeda dari rumah gadang lainnya.

Ciri khas itu dapat dilihat dari bentuk fisik bangunan yang dilengkapi dengan ukiran falsafah alam dan budaya Minangkabau.

Ruang bangunan Istana terdapat anjung atau penaikan lantai pada sisi kanan dan kirinya.

Adanya anjung dalam ruangan ini menunjukkan jati diri Istana Pagaruyung sebagai Rumah Gadang Koto Piliang, yang memegang sistem pemerintahan aristokrat, yaitu posisi duduk orang berbeda berdasarkan statusnya.

Lantai dua Istana Pagaruyung merupakan kamar tidur raja.

Sementara lantai tiga diperuntukkan sebagai tempat semedi serta sebagai lokasi untuk memantau saat terjadi perang.

Istana Pagaruyung memiliki unsur pembentuk bangunan antara lain bentuk atapnya seperti tanduk atau gonjong, ruang dalam, dinding rumah yang penuh ukiran, serta tangga di depan bangunan.

Arsitektur Istana Pagaryung dibuat untuk menghubungkan antara elemen arsitektur itu sendiri dengan alam.

Hal ini membuat Istana Pagaruyung terkesan tidak kaku, serta cenderung dinamis.

Selain itu, arsitektur tersebut juga mencerminkan kebudayaan Minangkabau yaitu “alam takambang jadi guru” yang banyak dipengaruhi oleh spiritualitas Islam.

Bagi masyarakat Minangkabau, agama Islam merupakan penyempurna ajaran agama yang mereka kenal sebelumnya.

Islam juga menjadi dasar dari setiap adat dan kebudayaan masyarakat.

Diketahui, dasar Islam dalam kehidupan budaya Minangkabau melahirkan prinsip yang berbunyi “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, yaitu adat bersandar pada aturan, aturan bersandar pada kitab Allah (Al-Qur’an).

Cerminan kebudayaan pada Istana Pagaruyung dapat dilihat dari anak tangga di depan bangunan yang berjumlah ganjil, yaitu 11.

Bilangan ganjil rupanya disukai oleh masyarakat Minangkabau karena melambangkan keesaan Tuhan.

Berikutnya adalah atap gonjong atau tanduk kerbau.

Simbol ini dimaknai sebagai interaksi manusia kepada Tuhan karena bentuknya yang menjulang ke atas.

Bentuk atap bangunan ini juga melambangkan keselarasan alam yang bergunung dan berbukit.

Bagian depan Istana Pagaruyung juga menyimpan makna yang mendalam dengan banyaknya motif alam, seperti akar, bunga, dan hewan.

Motif-motif itu sesuai tuntunan agama yang melarang melukis makhluk hidup secara utuh. (*)

show more

Share/Embed