🌸HAMDUN SI PENYAIR GILA🌸
Syabillah Muna Syabillah Muna
36K subscribers
165,378 views
0

 Published On Jul 11, 2020

HAMDUN SI PENYAIR GILA

Di suatu daerah,  ada seorang yang bernama Hamdun yang dianggap berkelakukan gila oleh sekitarnya Entah dari mana asalnya, tak satupun dari penduduk daerah itu mengetahuinya. Tiba-tiba saja hadir disana. kegilaannya biasa datang pada malam hari. Hamdun akan bersyair dalam kegilaannya. Pada siang hari, terkadang ia berlari berkeliling pasar atau ikut bermain dengan anak-anak. Para penduduk sudah biasa melihat tingkah lakunya. Mereka
tidak khawatir pada anak mereka karena Hamdun tidak pernah menyakiti orang lain terlebih lagi ia sangat sayang pada anak kecil. Ada saja orang yang kasihan dan membawakan makanan untuknya buat berbuka puasa. Setahu mereka,
Hamdun tidak pernah terlihat berbuka siang hari. Tiada putus puasanya. Yang lebih mengherankan lagi, Hamdun tidak mau tidur di sembarang tempat. Ia lebih suka tidur di emper satu-satunya masjid di daerah itu. Ia selalu tidur pada pagi hingga petang dan berjaga pada malam hari.


Suatu malam, kala kegilaannya datang Handun bersyair:

wahai kekasih,
padamu aku memuji
padamu aku berbakti
engkaulah yang aku cintai

wahai kekasih,
jangan kau tinggalkan aku
jangan kau benci aku
jangan kau cemburui aku
karena cintaku hanya untukmu

Setelah bersyair berulang-ulang memuji kekasihnya iapun mengakhiri syairnya dengan menangis.

Siang itu singgahlah seorang musafir di masjid. Setelah sholat dhuhur ia keluar dan mendekati Hamdun yang sedang tidur. Ia mencoba membangunkannya. Tetapi Hamdun tetap saja nyenyak dalam tidurnya."wahai tuan yang sedang tidur, tidakkah engkau ingin melaksanakan sholat dhuhur ? Janganlah engkau lewatkan waktu sholatmu dengan tidur panjangmu", kata musafir itu sambil terus membangunkan Hamdun.

Hamdunpun akhirnya bangun dan menatap si musafir lalu berkata, "apa pedulimu denganku ? Aku sedang bermimpi bersama kekasihku. Tetapi engkau telah mengusik keasyikanku dengan sang kekasih" "tidakkah engkau ingin melaksanakan sholat untuk menyembah tuhanmu ?",tanyanya. "Tuhan? Tuhan yang mana? aku tidak menyembah Tuhan. tiada sedikitpun kusimpan kata Tuhan dalam hatiku. Tiada Tuhan..Tiada Tuhan..", jawabnya.

"Masya Allah, mengapa kau berkata seperti itu?", tanyanya lagi pada Hamdun. "Aku hanya memuja sang kekasih dan tiada tempat untuk tuhan dihatiku", tekannya dalam jawaban. "apakah agamamu, wahai tuan yang tidak bertuhan?", tanya sang musafir sedikit geram karena tidak percaya nya sang musafir akan perkataan Hamdun.

"Aku? Aku tidak beragama. Aku hanya bercinta kasih. lalu apa agamamu?", kata Hamdun balik bertanya. "Tidakkah engkau lihat aku berada dalam masjid. Tentunya aku adalah seorang muslim", jelas musafir masih dalam kebingungan. "Bila engkau muslim. Aku ingin bertanya dimanakah Tuhanmu berada, wahai orang yang banyak tanya?", pertanyaan Hamdun ini membuat si musafir tak dapat berkata-kata. Ia diam bagai seorang bisu. Lalu pergi meninggalkan Hamdun.

"Bah, engkau mengganggu tidurku saja ! Menyuruhku sholat tetapi engkau sendiri tidak tahu dimana Tuhanmu berada", kata Hamdun sambil melanjutkan tidur siangnya.

wahai kekasih...wahai kekasih,
tidak kuat aku menahan kerinduan ini
tiada sabar aku untuk berjumpa denganmu
tiada kuasa aku untuk menggapaimu

wahai kekasih...wahai pujaan hati,
kegilaanku akan dirimu semakin menjadi
wahai kekasih...wahai dambaan hati,
aku sebut selalu namamu dan kupatri dalam hatiku

Musafir yang tadi siang membangunkannya, rupanya sedang mengamati dari kejauhan segala apa yang telah diperbuat Hamdun. tidak percaya pada Hamdun yang syair-syairnya berisikan kalimat-kalimat cinta yang indah. Tidak percaya bahwa Hamdun adalah seorang yang gila. Karena rasa penasaran pada apa yang telah Hamdun perbuat tadi siang padanya, iapun berjalan mendekati Hamdun. dan memberi salam, "Assalamu'alaikum, wahai Hamdun...". Hamdun menoleh dan membalas salamnya, "'Alaikumussalam...".

"Sedang apakah engkau disini seorang diri?", tanya musafir "Aku sedang memuji kekasihku...", jawabnya, "Apakah keperluanmu malam begini berada disini?" "aku sedang memperhatikanmu dari kejauhan..", jelasnya. "Tidak adakah pekerjaan yang bermanfaat bagimu selain memperhatikanku dalam bersyair..", tanya Hamdun lagi. "Aku hanya berpikir tentang isi dari syair indah yang engkau dendangkan, wahai Hamdun", jawabnya.


Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, (QS YAASIIN (36):2)

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS YAASIIN (36):9)

show more

Share/Embed