Ponpes Salafi Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo
Tribun Khazanah Islam Tribun Khazanah Islam
764 subscribers
25,534 views
0

 Published On Apr 18, 2023

#khazanahislam #tribunkhazanahislam #jejakislam

TRIBUN-TIMUR.COM - PONDOK Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo merupakan satu di antara pondok pesantren terbesar di Jawa Timur.

Pesantren ini didirikan oleh KHR Syamsul Arifin di tahun 1908.

Selain pengajaran ilmu-ilmu kitab-kitab klasik, pada tahun 1978 dibuka Sekolah Menengah Pertama, Institut Agama Islam Ibrahimy (sekarang Universitas Ibrahimy) tahun 1968 dan membuka Ma’had Aly pada tahun 1990 sebagai ikhtiar mengatasi kelangkaan ahli Fiqh.

Awalnya areal Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo adalah hutan belantara yang membentang dari Gunung Baluran sampai wilayah Asembagus.

Hutan belantara itu dikenal sangat angker. Saat itu penduduk tidak ada yang berani memasuki hutan tersebut.

Pada tahun 1328 H atau sekitar tahun 1908 M, KHR Syamsul Arifin bersama putranya, As’ad dan beberapa orang santri yang menyertai dari Madura, membabat dan merambah hutan dusun Sukorejo, Desa Sumberejo, Banyuputih, Kabupaten Situbondo untuk mendirikan sebuah pesantren dan perkampungan.

Berdirilah sebuah pesantren kecil yang hanya terdiri dari beberapa gubuk untuk difungsikan sebagai rumah, musalla dan asrama santri yang waktu itu hanya beberapa orang.

Sejak tahun 1914, pesantren berkembang bersamaan dengan datangnya para santri dari wilayah sekitar Karesidenan Besuki.

Tahun itu pula kemudian ditetapkan sebagai tahun berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, Pesantren Sukorejo tidak hanya menjadi pusat belajar, tapi juga sebagai pusat perjuangan kemerdekaan.

Para pejuang banyak ditampung di pesantren, sekaligus sebagai markas penyusunan strategi melawan penjajah.

Hal ini dikukuhkan dengan penobatan KHR. As'ad Syamsul Arifin dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.

Proses pembelajaran pada masa awal pesantren dilaksanakan melalui sistem sorogan dan bandongan, hingga kemudian Kiai As’ad (KHR As'ad Syamsul Arifin) pada tahun 1928 memperkenalkan dan mengembangkan sistem pembelajaran klasikal.

Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga pendidikan, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, SD, SLTP, SLTA sampai perguruan tinggi.

Dalam upaya memberikan kontribusi terhadap pendidikan yang sesuai kebutuhan zaman, berbagai lembaga pendidikan kejuruan dan keahlian pun didirikan, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Lembaga Kader Ahli Fiqh Ma’had Aly dan Madrasatul Qur’an sebagai lembaga kajian dan pendalaman ilmu-ilmu Al Qur’an.

Lembaga-lembaga informal seperti kursus dan pelatihan juga turut mewarnai perkembangannya.(*)

Reporter: Izi Hartono
VP : Asrul

show more

Share/Embed