makam atas angin cek-cek molek wali 9 kalah sepuh! syeh sayyid malik al atos | desa ngetos nganjuk
MEGALUH TV MEGALUH TV
370K subscribers
357,257 views
0

 Published On Oct 22, 2020

Makam dengan panjang tiga meter lebih di Desa/Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk, sempat menarik perhatian banyak orang. Pasalnya, banyak yang menyangka jenazah orang yang dimakamkan di dekat komplek Candi Ngetos ini memiliki tinggi badan sekitar tiga meter.

Ternyata bukan, melainkan lantaran jenazah orang yang dimakamkan dalam satu area pemakaman umum desa setempat itu dulunya merupakan tokoh besar. Dia bernama Syeh Sayyid Malik Al Subro atau Syeh Sayyid Malik Al-Atos, dikenal warga Nganjuk dengan nama Cek-Cek Molek.

Syeh Sayid Al-Subro merupakan adik kandung dari Syeh Sayyid Jumadil Qubro, ulama dari Samarkhan Azarbaijan, ahli militer berdakwah agama islam pada periode wali pertama di Majapahit.

Syeh Malik Al-Atos menyebarkan agama islam di negeri ngatas angin atau Ngetos sekarang. Sedangkan, Syeh Jumadil Qubro  menyebarkan agama islam di dalam istana kerajaan Majapahit. Hingga akhir hayatnya, jenazah Syeh Sayyid Jumadil Qubro dimakamkan di Troloyo – Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Adapun, Syeh Sayyid Malik Al-Subro atau Cek-Cek Molek dimakamkan di negeri ngatas angin atau Ngetos selatan masjid.

Aries Trio Effendi, sejarawan sekaligus juru pelihara makam Cek-cek Molek mengungkapkan, dulunya Ngetos adalah sebuah kerajaan bawahan Majapahit masa raja Prabu Hayamwuruk, yang disebut kerajaan negeri ngatas angin, dipimpin oleh Selopuro atau Selo Purwoko.

“Raja negeri ngatas angin ini masih paman dari Prabu Hayamwuruk sendiri yang diberi tugas untuk membangun candi pendarmaan abu kremasi Hayamwuruk, kelak bila wafat,” ungkapnya.

Kemudian, Raja Selopuro menyiapkan candi yang sudah berdiri tepat di depan pendapa istana Kotaraja Ngatas Angin. Sebuah candi agama hindu yang sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram Kuno, Raja Sindok. Candi tersebut dikenal sebagai Candi Ngetos sekarang.

“Zaman dulu, lokasi pendopo istana kotaraja ngatas angin berada di sebelah barat Candi Ngetos, yang sekarang berdiri sebuah masjid besar. Di sekitar masjid, dulunya juga terdapat patirtan, namun sekarang sudah berganti bangunan,” kata Aries.

Di depan masjid hingga lokasi Candi Ngetos adalah altar kerajaan, sekarang tertutup dengan paving. Peninggalan yang masih tersisa di sekitar istana kotaraja negeri ngatas angin berupa lumpang kuno, bancik, dan beberapa batu yang berada tepat di depan masjid. Sedangkan, lingga yoni, arca, dan beberapa peninggalan kuno di sekitar Candi Ngetos sudah dipindahkan ke Museum Anjukladang.

show more

Share/Embed