ZIARAH KE MAKAM ABAH FAQIH, MACAN SURYALAYA, DI CINAMBO MAJALENGKA
Wahyudin Atta Channel 165 Wahyudin Atta Channel 165
15.4K subscribers
1,593 views
51

 Published On Sep 18, 2021

#ziarah #tqnsuryalaya #abahanom

SELAYANG-PANDANG
Abu Bakar Faqih dilahirkan di kampung Sukapulang, desa Kerta Raharja, kabupaten Ciamis, Jawa Barat sekitar tahun 1880 M. Nama lahir Abu Bakar Faqih adalah Abdul Salam. Orang tuanya bernama RA Raksadinata dan Khodijah. RA. Raksadinata masih keturunan keluarga besar kerajaan Panjalu di Jawa Barat. Abdul Salam lahir dari keluarga cukup terpandang dan disegani warga sekitar. Dia mempunyai saudara kandung, yaitu Kaip, Sanuhri, dan Uha (adik perempuannya). Uha menikah dengan seorang pria, adik dari Abah Sepuh yang bernama Nur Hammad, diantara saudara-saudaranya, Abdul Salam adalah anak yang cerdas dan pintar. Di kemudian hari, Abdul Salam dikenal dengan sebutan Abu Bakar Faqih, Aki Ami, Mama Kiai Faqih atau Abah Faqih.

RA. Raksadinata yang akrab dipanggil Eyang Raksa memiliki beberapa sanak saudara dan kerabat yang tersebar dibeberapa daerah. Adalah KH. Abdullah Mubarrok (Abah Sepuh) kerabat terdekat yang pernah berminat mengasuh putranya untuk dijadikan sebagai anak angkat. Dengan senang hati, eyang Raksa menyambut baik keinginan KH. Abdullah Mubarrok. Salah satu keturunan yang diinginkan oleh kerabatnya yaitu Abdul Salam, ketika itu masih sangat belia berusia 5 tahun. Selain karena percaya kepada kerabatnya, Eyang Raksa juga teringat akan ucapan seseorang yang pernah datang untuk bersilahturahmi ke rumahnya. Orang tersebut memberitahukan sesuatu kepadanya bahwa kelak, anaknya (Abdul Salam) akan menjadi seorang pembesar atau seorang ulama yang disegani dan dibutuhkan ilmu dan doanya oleh banyak orang. Karena itu Eyang raksa dengan Ikhlas menyerahkan anak lelakinya kepada Abah Sepuh dengan iringan doa semoga nanti putranya menjadi anak yang soleh, berbakti kepada kedua orang tua, bertaqwa kepada Allah SWT, serta berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara. Amin.

Untuk bekal hidupnya kelak dan juga membantu perjuangan ayah angkatnya, Faqih muda menimba berbagai ilmu agama. Syekh Abdullah Mubarrok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) sendiri yang menjadi guru pembimbing Abah Faqih. Ia belajar membaca dan mendalami Al Quran, belajar sholat, belajar puji-pujian (solawat), juga belajar dasar-dasar ilmu keagamaan, seperti Ushuludin dan ilmu Fiqih. Ia menekuni setiap pelajaran ilmu keagamaan dengan sungguh-sungguh. Dengan kepintaran dan kecerdasan yang dimiliki, ia dapat memahami dan menguasai semua pelajaran yang disampaikan gurunya. Karena kecerdasan dan kepintarannya pula, nama kecilnya yang dahulu bernama Abdul Salam diganti menjadi Abdullah Faqih.

Selain belajar berbagai dasar ilmu keagamaan, faqih juga belajar dzikir mendalami ilmu Tarekat dari syekh Abdullah Mubarrok bin Nur Muhammad. Gurunya pun terkesan dengan kelebihan yang ada pada dirinya. Dari kekaguman sang guru, namanya yang dahulu bernama Abdullah Faqih diganti menjadi Abu Bakar Faqih. Hal ini disebabkan syekh mursyid memuji sesuatu yang terhujam teguh/dzikir khofi yang kuat di dalam hati Abu Bakar Faqih.

Peristiwa tersebut mengingatkan kepada kita, bahwa pada zaman dahulu Rasulullah saw pernah memuji sahabat yang bernama Sayidina Abu Bakar As Shidiq. Bukan karena sahabatnya itu banyak puasa dan sholat, melainkan karena sesuatu yang terhujam teguh di dalam hati sahabatnya, yakni dzikr khofi atau dzikir samar. Dalam kebanyakan tarekat, umumnya silsilah bersambung ke Nabi Muhammad saw melalui Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, namun tarekat Naqshabandiyyah jalurnya melewati Sayyidina Abu Bakar as-Shidiq. Salah satu ajaran rahasia dari Nabi Muhammad saw diajarkan kepada Sayidina Abu Bakar, yakni zikir khofi (zikir diam), yakni menyebut ismu Dzat di dalam hati. Dzikir khofi ini kemudian dilestarikan melalui jalur wali-wali Allah, dan menjadi terkenal setelah dijadikan amalan seorang “Wali Qutub”, Syekh Bahauddin an-Naqshabandi, sang pendiri tarekat Naqsyabandi.

Abu Bakar Faqih sejak muda telah dikaruniai kasyaf dan kelebihan lain berkat amalannya yang istiqamah. Berbagai ajaran yang disampaikan dari ayah angkatnya seperti dzikrullah, khotaman, dan hidmat manaqib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kelak setelah dewasa iapun pernah mendapat kesempatan dari Abah Sepuh melaksanakan latihan-latihan ruhani (Riyadhoh Khusus) seperti: mengurangi tidur, mandi dini hari (mandi kemanusiaan, Syahadat Jati dll), kemalaikatan, amalan hizib terutama doa Saefi Hijbul Yaman, puasa-puasa sunah termasuk puasa kifarat, Insan Kamil, sangga Bumi, dan sebagainya. Ia juga giat mengerjakan solat-solat sunat, berziarah ke makam para wali, berkholwat dan sebagainya. Mengenai pelaksanaan latihan ruhani (riyadhoh) bertujuan untuk melunakkan hati, sehat, tentram. Mensucikan hati sehingga dapat mendekati diri pada Sang Maha Pencipta. Banyak orang beranggapan bahwa kegiatan latihan ruhani yang ia kerjakan adalah bid’ah. Sebenarnya riyadhoh yang beliau kerjakan atas arahan dan bimbingan ayahnya dapat disejajarkan dengan olahraga

show more

Share/Embed