Published On Apr 18, 2021
Kedatangan Jepang pada 1942 dan kekalahan Belanda menyisakan orang-orang Belanda yang masih tinggal di Indonesia, kerana pada saat itu perlu waktu yang relatif lama untuk mengadakan perjalanan kembali ke Belanda menggunakan kapal laut.
Pasukan Jepang kemudian membuat kamp-kamp tawanan untuk orang-orang Belanda yang masih tersisa tersebut. Rakyat Indonesia yang biasanya harus hormat kepada orang-orang kulit putih itu, melihat secara langsung bagaimana mereka dibawa dan dimasukan kedalam kamp-kamp tanpa adanya perlakuan khusus apapun.
Kamp interniran atau interneringskamp ini dibedakan antara kamp laki-laki dan perempuan serta anak-anak. Beberapa kamp interniran di Jakarta kala itu adalah kamp Cideng, sisa-sisa beberapa barak kamp tersebut masih bisa dijumpai hingga sekarang, diantaranya kampung Makassar, Kramat Raden Saleh, penjara Salemba, penjara Bukit Duri, penjara Glodok, Petekoan dan Jatinegara. Tempat penampungan kuli-kuli kontrak di Sluiweg (kini Matraman) yang berisi tak kurang dari tiga ribu tawanan laki-laki Belanda dari berbagai tempat di Batavia. Jumlahnya makin membengkak ketika September 1944 ditempatkan pula para wanita dan anak-anak. Ketika September 1945, setelah Jepang tekuk lutut, tentara sekutu menemukan 1.900 tawanan Belanda dalam keadaan menyedihkan.