OGOH - OGOH KEREN DI BALI BANJAR BATUGAING - TANAH LOT - BHUTA BRUNGUT
Wisnu Official Wisnu Official
155 subscribers
5,414 views
43

 Published On Mar 22, 2023

Sebuah Karya Ogoh - Ogoh Persembahan dari ST. Satya Dharma Banjar Batugaing, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, yang di beri nama BHUTA BRUNGUT,

ST. Satya Dharma mengusung tema mengusahakan atau semaksimal mungkin semua bahan diambil dari bahan alami, dan meminimalkan bahan non alami karena tidak ada sesuatu yang dapat sempurna seluruh bahan menggunakan bahan alami,

Bhuta Brungut dijelaskan (dalam kata sansekerta) berasal dari kata “Bhu” artinya menjadi, ada, makhluk atau wujud.

Kata bhuta merupakan bentuk pasif participle dari kata “bhu” yang berarti telah diwujudkan, demikian selanjutnya dari kata “bhu” lalu menjadi “bhuwana” atau “bhumi” yang berarti alam atau jagat maka dari pengertian ini bhuta berarti :

unsur-unsur yang menjadikan Bhuwana Agung ini, yang terdiri dari unsur-unsur panca maha bhuta; pratiwi, apah, teja, wahyu dan akasa,

semula unsur-unsur ini menurut ajaran filsafat Hindu Samkhya, berasal dari Prakerti yang merupakan sebab atau sumber utama semua obyek pisik termasuk pikiran, benda-benda dan kehidupan.

Kata bhuta juga berarti gelap atau kegelapan, yaitu gelap hati karena tidak melihat akibat salah satu unsur panca indra dalam tubuh tidak berfungsi. Secara filosofis,
Bhuta adalah sesuatu kekuatan negatif yang timbul dari adanya ketidak harmonisan antara unsur-unsur panca maha bhuta,

Ketidak harmonisan ini menimbulkan kekeruhan suasana, baik itu terjadi di bhuwana agung (alam semesta) maupun di bhuwana alit (tubuh manusia),

Apabila unsur-unsur panca maha bhuta itu harmonis akan menimbulkan kekuatan positif. Sebaliknya apabila tidak harmonis menimbulkan kekuatan negative yang mengganggu ketentraman hidup manusia, dan oleh manusia dipersonifikasikan sebagai makhluk halus yang mengerikan, untuk menetralisir perlu keharmonisan itu dijaga dengan mengadakan kurban suci berupa bhuta yadnya yang dalam ajaran-ajaran Agama Hindu sesuai dengan adat Bali dengan sarana caru dalam e-hindu disebutkan sebagai yadnya dari manusia untuk mewujudkan keharmonisan di alam semesta ini.

Namun juga disebutkan tidak semua Bhuta tersebut memberikan kekuatan negatif, tapi juga terdapat banyak bhuta yang memiliki kekuatan dalam tugas dan fungsinya yang baik untuk menegakan hukum dalam memberikan hukuman kepada para atman yang dalam karma wasana kehidupan di dunia yang banyak melakukan dosa sebagaimana dijelaskan dalam sumber kutipan lontar geguritan bhima swarga disebutkan bahwa para bhuta berwujud raksasa,

Bhuta Ireng, Bhuta Naya, Bhuta Celeng dan Sang Bhuta Prungut / Brungut, berfungsi untuk menghukum atma corah, atma yang semasa hidupnya senantiasa berprilaku buruk asubha karma.

Keseimbangan para bhuta sebagai kekuatan bhuwana alit maupun bhuwana agung dan ketentraman hidup di alam ini yang dalam beberapa naskah disebutkan :
Dalam Sarasamuscaya disebutkan dengan melakukan Butha Hita, yaitu melakukan Butha Yadnya untuk dapat menjaga keharmonisan alam agar alam itu tetap sejahtera.
Dalam Kanda Pat Bhuta, para bhuta ini diseimbangkan dengan upacara caru yang ditujukan kepada para Bhuta tersebut sehingga dapat meningkatkan unsur kekuatan butha tersebut yang ada dalam diri manusia dan alam ini untuk kemudian di arahkan untuk sesuatu yang berguna bagi kehidupan dan mewujudkan keharmonisan di alam semesta ini

Sumber: https://sejarahharirayahindu.blogspot...

Video: AWP Pictures

Music: Gamelan Sundaram

Penabuh: ST. Satya Dharma, Sekehe Gong Sadha Swara

show more

Share/Embed