Darah mengalir, suara tercekik, tapi ingatan takkan pernah benar-benar mati.
Video lirik ini lebih dari sekadar kata-kata yang berjalan.
Setiap barisnya seperti bekas luka, mencakar balik ingatan yang berusaha dikubur.
Visualnya gelap, penuh bayangan kabur, simbol-simbol yang pecah berantakan di antara kata-kata, menciptakan kesan samar tapi tajam. Potongan-potongan gambar bergantian cepat—seperti ingatan yang mencoba keluar dari kuburan memori yang disegel.

Teks lirik muncul seperti jeritan yang pecah di tengah malam, dengan suara-suara yang saling bertumpuk, memecah kesunyian dengan amarah yang tak tertahan. Setiap kalimat menukik, mencabik layar dengan intensitas yang semakin meninggi, mengikatkan makna di antara deretan kata-kata yang dipenuhi emosi.

Ini bukan hanya lirik—ini adalah seruan, sebuah kebangkitan, dan sebuah wujud "Melawan Lupa Genosida 1965".

Melawan Lupa Genosida 1965

Mereka semua bersenjata
Kudeta merangkak
Di malam 30 September ‘65

Membunuh 7 juta
manusia tak berdosa
Kepala terpisah
Langit merah darah

Tubuh terbelah
Tanah merah darah

Kepala terpisah
Langit merah darah

Terbelah!!

Siapa butuh negara
Jika 7 juta manusia tak berdosa
Dibantai tanpa sisa?

Kami melawan lupa
Meski terluka
Akan kami lawan
propaganda hitam penguasa!