PADMASANA, PADMASARI, DAN PADMACAPAH
Yudha Triguna Channel Yudha Triguna Channel
26.6K subscribers
57,508 views
0

 Published On Aug 31, 2022

   • PADMASANA, PADMASARI, DAN PADMACAPAH  
PADMASANA, PADMASARI, DAN PADMACAPAH
#Padmasana
#Padmasari
#Padmacapah

PADMASANA, PADMASARI, DAN PADMACAPAH. Umat Hindu sering mendengar kata Padma, seperti misalnya Padmasana, Padmasari, Padma Bhuwana, Padma Hrdaya. Padma berarti teratai bahwa dunia diibaratkan sebagai teratai berlapis yang memiliki delapan helai daun bunga (asta dala). Pada setiap helai menempati kedudukan dik dan widik. Dik adalah arah Timur-Barat; Utara-Selatan; Widik arah nyudut: Barat Daya-Timur Laut, Barat Daya-Timur Laut. Sarinya berada di tengah-tengah. Padmasana dalam konteks Yoga adalah sikap duduk, sedangkan dalam konteks bangunan berarti tempat duduk di atas bunga padma. Siapa yang duduk di sana ? “Padma pinake pengubengan watek sarwa Dewata” artinya Padma sebagai tempat sifat-sifat memuja para Dewata. Dalam konteks Indonesia yang menganut paham Siwaistik, yang dipuja adalah Bhatara Siwa. Pada awalnya ketika Hindu berkembang di Jawa Tengah, beralih ke Jawa Timur dan kemudian ke Bali, bangunan pemujaan berbentuk Cecandin. Pada abad 15 umat Hindu hadir tokoh spiritual dan keagamaan, yaitu Dang Hyang Nirarta yang melakukan dharmayatra ke pulau Bali. Tentu harus dipahami kehadiran Dang Hyang Nirarta ke Bali pada abad 15, Bali bukanlah pulau kosong dan tanpa isi tatanan. Sebelumnya Bali telah dikunjungi oleh para Maha Rsi, seperti Maha Rsi Markandya, Mpu Kuturan, Mpu Lutuk dan sebagainya. Dalam banyak naskas lama diceritakan kehadiran Dang Hyang Nirarta dari Jawa ke Bali sampailah di Purancak, di sana beliau kehilangan arah dan kemudian dibantu oleh seekor monyet. Dalam kisah perjalanan itu pula Dang Hyang Nirarta meliht seekor Naga yang mulutnya sedang menganga, lalu beliau masuk ke dalam mulut Naga. Di dalam perut Naga tersebut beliau menemukan tiga teratai yang berwarna hitam, merah, dan putih. Ketiga teratai itu diambil, dua teratai (warna merah dan hitam) disematkan pada telinga beliau dan satu lagi yang berwarna putih dipegang. Dari mtitologi yang pertama ini, dapat ditarik simpulan ketika beliau dating ke Bali, pulau Bali ini telah memiliki benih-benih kehinduan yang amat kuat dan Bali telah mengenal paham Tri Murti, gagasan Mpu Kuturan. Dang Hyang Nirarta memperkenalkan konsep Tri Purusa, dan dalam konteks inilah Dang Hyang Nirarta diyakini sebagai peletak dasar pemujaan terhadap bangunan Padmasana pada era kerajaan Dalem Waturenggong. Dari yang pada awalnya Tri Murti (Brahma, Wisnu, dan Siwa) yang bersifat Saguna Brahma, horizontal kemudian dilakukan sentuhan pembaharuan yaitu Tuhan bersifat vertikal, yakni Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa, Nirguna Brahma. Pembangunan Padmasana juga dilandasi oleh mitos pemuteran gunung Mandara Giri atau Ksirarnawa sebagaimana tercantum dalam kita Adiparva, kitab pertama dari Asta Dasa Parva. Dalam dialog antara para Dewa dengan Raksasa, dipertanyakan dimanakah sesungguhnya letak Amerta itu ? Dewa kemudian menyatakan tirta Amerta itu berada di dasar Ksirarnawa, lautan Ksira. Kemudian para Dewa dan Raksasa bersepakat bahwa Amerta itu berada di dasar lautan, maka pertama-tama mereka memotong gunung Mandara sebagai tongkat pengaduknya, sebagai simbolik Lingga Acala, sebagai dasarnya adalah Badawang Nala atau dalam beberapa teks disebut dengan Kurma Gni, diikat dengan naga yakni Naga Basuki. Dalam proses pemuteran itu, ekornya dipegang oleh para Dewa dan lehernya dipegang oleh para Raksasa. Dalam proses pemuteran itu, ada banyak muncul orang-orang suci, objek Dewa-Dewi, dan sampai pada akhirnya muncul Dewa Dawantari, Dewa obat-obatan yang memegang kendi berisi tirta Amerta. Tirta inilah yang dicari oleh para Asura maupun para Dewa.Dalam cerita ternyata Amerta itu justru didapatkan oleh para Asura (Raksasa), dan oleh karena itu Dewa Wisnu kemudian menyamar menjadi Bidadari cantik untuk mendapatkan Amerta dari tangan Raksasa. Padmasana simbol pemuteran gunung Mandara Giri untuk memperoleh tirta keabadian. Lalu dimana Padmasana dibangun ? Umumnya di pura-pura umum (Dang Kahyangan, Sad Kahyangan, Jagatnatha), yang dapat dibebedakan dengan: 1) Padmasana Angyang, rong di atasnya tiga, palihnya tujuh, berisi kurma gni dililit naga; 2) Padma Agung, rongnya dua, palihnya lima; 3) Padmasana, rongnya satu, palihnya lima, berisi Bedawang Nala dan Naga. Sedangkan Padmasari, rongnya satu, palihnya tiga, tanpa Bedawang Nala dan Naga. Sementara Padma Capah, rongnya satu, palihnya dua, tanpa Bedawang Nala dan Naga. Dalam Padmasana diperoleh pengetahuan teologi Hindu mengenai Brahma, Wisnu Siwa, juga Naga Antaboga, Naga Basuki, dan di atas berisi Naga Taksaka, yang merupakan penifestasi dari Siwa.

Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe

https://www.youtube.com/channel/UCB5R

Facebook:
www.facebook.com/yudhatriguna

Instagram:
  / yudhatrigunachannel  

Website:
https://www.yudhatriguna.com

show more

Share/Embed