SEJARAH, SILSILAH, KAROMAH RADEN KJ. ARIA WIRATANUDATAR | Makam Dalem Cikundul | Cikal Bakal CIANJUR
Majelis Ta'lim Alhusainiyyah Official Majelis Ta'lim Alhusainiyyah Official
1.04K subscribers
695 views
0

 Published On May 18, 2024

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sahabat Al Husainiyyah yang rindu wisata religi dan ziarah ke makam para aulia dan waliyullah. video ini saya persembahkan khusus untuk Sahabat semua. Kali ini, kita akan berziarah ke Makam Kramat Cikalong, Cianjur yaitu Raden Aria Wiratanu Datar atau nama lainnya adalah Eyang Dalem Cikundul .
Raden Aria Wira Tanu Datar adalah seorang dalem (kepala nagari) yang mendirikan kabupaten Cianjur di abad ke-17 sekaligus raja Gagang. Ia bernama asli Jayasasana atau Jayalalana. Wira Tanu I juga dijuluki sebagai Dalem Cikundul dikarenakan pernah menjadi dalem di daerah Cikundul (sekarang Cikalongkulon).
Raden Aria Wiratanu Datar adalah putra Raden Aria Wangsa Goparana, yang masih keturunan Raja Sunda Galuh Mundingsari alias Banjarsari. Ia dilahirkan sekitar tahun 1603 Masehi di Kampung Cibodas, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang.
Berdasarkan silsilah, Raden Aria Wangsa Goparana merupakan anak dari Sunan Wanaperih (Raden Aria Kikis) yang merupakan raja dari Kerajaan Talaga Manggung (sekarang Majalengka), anak dari Raden Ragamantri alias Sunan Parung Gangsa atau Prabu Pucuk Umum, anak dari Munding Sari Ageung. Munding Sari merupakan salah satu cicit dari Prabu Siliwangi yang ketika runtuhnya Kerajaan Sunda pada tahun 1579 memilih untuk kabur ke daerah Talaga tepatnya di kaki Gunung Ceremai.
Sejak kecil, Raden Aria Wiratanu sudah memiliki kegemaran yang aneh, yang sangat berbeda dari anak-anak seusianya kebanyakan. Pada usianya yang ke tiga tahun, ia sudah menyukai naik bukit dan menghadap ke arah kiblat seolah-olah merenung dengan mata yang menerawang. Ia juga memiliki keajaiban lain seperti gaung suaranya sangat terkenal. Sekalipun berbisik, suaranya dapat didengar oleh orang yang dipanggil. Orang banyak mengetahui bahwa sang pangeran itu mempunyai indra yang tajam luar biasa terutama pendengaran, penglihatan, perabaan dan gaung suara yang berat.
Namanya yang bergelar ‘Aria’ ia peroleh setelah menyelesaikan pendidikannya. Gelar tersebut merupakan gelar untuk kerabat keraton dengan kedudukan ‘Ngabehi’ selaku penggawa Kesultanan Cirebon dengan nama khusus Ngabehi Jaya Sasana.
Adapun gelar lengkapnya, yakni ‘Raden Aria Wiratanu’, ia peroleh pada usia 23 tahun, setelah mendapat kepercayaan dan diangkat menjadi senopati Kesultanan Cirebon. Kemudian diberi tugas oleh penerus Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati untuk mendirikan kerajaan kecil di wilayah Cianjur yang kosong bekas wilayah Pajajaran.
Sekitar tahun 1691-1692 M, Raden Aria Wiratanu mendirikan kerajaan di tanah kosong bekas kekuasaan Kerajaan Pajajaran dengan membawa pasukan sekitar 1.200 jiwa yang menjadi cikal bakal Cianjur. Namun sebelum mendirikan kerajaan di lokasi tersebut, Raden Aria Wiratanu lebih dulu berzikir di kawasan Sagalaherang, Subang untuk meminta petunjuk.
Adapun petunjuk yang ia peroleh pada saat itu adalah ia diminta untuk mendirikan kerajaan di kawasan selatan sebelah barat. Sedangkan pada petunjuk lainnya, wilayah yang harus dijadikan kerajaan itu adalah sebuah wilayah yang sering dijadikan tempat mandi badak berwarna putih. Raden Aria Wiratanu akhirnya menemukan tempat pemandian badak putih tersebut dengan membawa pasukannya.
Raden Aria Wiratanu kemudian tidak hanya menyebarkan agama Islam di wilayah Cianjur, tetapi juga di Sukabumi dan sebagian wilayah Bogor.
Raden Aria Wiratanudatar terkenal sebagai seorang yang ahli ibadah dan menuntut ilmu. disebutkan sering berkhalwat (bertapa) untuk merenung dan bertafakur di tempat-tempat sunyi. Menurut legenda, suatu waktu ketika . raden Aria Wiratanudatar sedang bertapa, ia kedatangan jin muslim yang berwujud gadis cantik. Jin ini tertarik dengan . raden Aria Wiratanudatar dan kemudian mereka menikah serta memiliki tiga orang anak, yaitu Raden Surya Kancana (di Gunung Gede), Raden Sukasehi Carangcang Kancana (di Gunung Ceremai), Raden Andakawirusjangat (di Gunung Kumbang Karawang).
Sementara dari istri manusia biasa yaitu “Nyi Mas Ajeng Mayang Emik” putri dari Eyang Tubagus Capa. Beliau mempunyai 11 orang anak yakni: Raden Aria Wiramanggala (Dalam Tarikolot), Raden Aria Martayuda (Dalam Sarampad), Raden Aria Tirta (Karawang), Raden Aria Natadimanggala (Dalam Arya Kidul Gunung Jati), Raden Aria Wiradimanggala (Dalam Aria Cikondang), Raden Aria Suradiwangsa (Dalam Panembong), Nyi Raden Kaluntar, Nyi Raden Bogem, Nyi Raden Mas Karanggan, Nyi Mas Jenggot.
Memasuki usia lanjut, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Aria Wiramanggala yang bergelar Raden Aria Wiratanu Datar Tarikolot. Sedangkan ia sendiri berangkat menuju arah utara mendirikan perguruan Islam di wilayah Cikalongkulon.
Sekitar tahun 1695 Masehi, Raden Aria Wiratanu tutup usia dan kemudian disemayamkan di bukit Pasir Gajah, Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon. Lokasi ini kemudian menjadi tempat peziarahan yang tak pernah sepi dari pengunjung dari berbagai wilayah hingga saat ini.

show more

Share/Embed