LANSKAP KOTA | DARI KUMPULAN PUISI SUNARDIAN WIRODONO 1980
MATAJOGJA MATAJOGJA
19.7K subscribers
90 views
3

 Published On Jun 29, 2024

#puisisw #musikai #mainmalmingan

Tiba-tiba, ada mainan menarik di malam minggu ini (29/6), sambil nunggu hari kiamat yang diramalkan. Main-main ChatGPT dengan aplikasi Sonu. Dengan itu, tiba-tiba saja bisa membuat lagu. Kurang dari 2 (dua) menit, saya membuat lagu dari puisi yang saya tulis Desember 1979.

Puisi tersebut ada dalam buku kumpulan puisi saya pertama ‘Lanskap Kota’ (1980), sebuah reportase beberapa sudut kota Yogya, tempat saya pertama kali bergelut dunia kreatif penulisan. Saya menulis puisi dari 1975 hingga 1984, pertama di majalah dinding sekolah, di SMP Negeri 6 Yogyakarta,, niru-niru Puisi Mbeling Remy Sylado.

Setelah Lanskap Kota, empat tahun kemudian saya menerbitkan kumpulan puisi ke-dua, ‘Jakarta ‘kan Tenggelam Sebentar Lagi (1984), dan setelah itu, saya memutuskan berhenti menulis puisi. Lebih menyenangi jurnalistik sih, yang lebih langsung dan komunikatif.

‘Lanskap Kota’ berisi 15 puisi (kalau tak salah, karena buku puisinya saya tak punya), sedang ‘Jakarta ‘kan Tenggelam Sebentar Lagi’ mengenai tempat-tempat paling mengesankan saya di Jakarta, saya lupa berapa jumlah puisinya.

Nah, dengan aplikasi Sonu itulah, ini puisi saya yang pertama saya bikin lagu. Mengisi malem minggu, tenang saja. Tolong nikmati. Jika menyenangkan, syukurlah. Jika buruk, tolong dukung saya untuk menyudahi.

Saya sungguh minta maaf kepada teman-teman yang serius belajar musik. Ini cuman iseng. Lagian, kerja kesenian AI nggak begitu menyenangkan. Nggak dapat nangkep kemauan saya, anyambemen-nya merusak makna puitiknya. Tapi, boleh juga dia berani improve. Metmalming, semoga semua makhluk berbahagia.


LANSKAP KOTA

matahari telah dipenjara
beramai-ramai. lalu sepi dan duka

kota bergegas menutup cita-cita
langit kemudian hitam kecewa

semua bersicepat mendapatkan pintu
sebelum kota tertutup dinding beku

sepanjang jalan tangis tak lagi terdengar
tinggal bangkai terkapar –sepanjang trotoar

kemudian bintang pun tergantung bisu
di langit. Wajahnya kelu terhisap waktu

orang-orang berkejaran. Saling memburu
ke sana kemari, memperpanjang rindu

hanya tanganmu masih setia mencatat
segala yang lewat. segala yang sekarat

SW, Yogyakarta, Desember 1979

| ‪@SUNARDIANWIRODONO‬

Informasi lebih lanjut, bisa dilihat pada website: http://sunardianwirodono.com

show more

Share/Embed