Kuliner Khas Kebumen Nasi Penggel dan Mendoan di Alun Alun , JOS GANDOS ...
M@S EKO M@S EKO
6.1K subscribers
14,793 views
119

 Published On Feb 20, 2022

Kuliner Kebumen Nasi Penggel Alun Alun
Nasi Penggel adalah makanan khas dari daerah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Penamaan Nasi Penggel berarti mengambil nasi yang dibentuk bulat-bulat seukuran bola pingpong. Nasi Penggel itu bermakna nasi yang dibulati. Nasi Penggel biasa diwadahi dengan daun pisang yang dibentuk ‘pincuk’. Biasanya pembeli akan mengambil 8-15 bulatan nasi. Bulatan Nasi Penggel ini diletakkan dalam bakul yang ditata berlapis-lapis. Setiap lapisan Nasi Penggel akan dipisahkan dengan lembaran daun pisang.

Nasi Penggel disajikan bersama sayur dan lauk. Sayur ini merupakan lodeh santan berbumbu gurih sederhana yang dicampur ‘gori’ atan nangka muda, daun singkong, tempe, tahu dan melinjo. Adapun lauk Nasi Penggel adalah kulit dan jeroan sapi seperti babat, iso, kikil, ‘tetelan’, jantung, ginjal, paru, tempe mendoan dan semacamnya.
Jika Pekalongan memiliki Sego Megono, Surakarta mempunyai Nasi Liwet, Cirebon memiliki Nasi Lengko, maka Kebumen mempunyai Nasi Penggel. Sebutlah penggel seperti kita menyebut ‘e’ pada pensil. Jika berada di Kebumen pagi hari, adalah sebuah keniscayaan untuk mengecap rasa khas dari kuliner Kebumen yang memang hanya tersedia di kala pagi ini.

Masih pagi sekali, mentari masih redup menampakkan jati diri sehabis lelap dipeluk malam hari. Namun, Dukuh Gunungsari, Desa Pejagoan, Kec. Pejagoan telah riuh dengan kerumunan orang mengantri. Di pinggir jalan raya, di dua sisinya, puluhan orang rela bangun pagi untuk mendapatkan sesuap Nasi Penggel yang dijual di beberapa lapak. Saya pun turut mengantri sembari segar menghirup udara pagi di daerah yang terletak 2 km sebelah barat alun-alun kota Kebumen.

Dari beberapa penjual, lapak milik Melan yang paling ramai. Nasi Penggel Pak Melan ini dikenal sebagai Nasi Penggel paling legendaris di Kebumen. Melan tampak begitu cekatan melayani permintaan para pengunjung yang seolah tidak ada habisnya. Buka dari pukul 05.30, paling lama pukul 08.00 lapaknya sudah habis. Lapak lain juga tidak jauh berbeda. Melan harus marathon mengambilkan sayur dan lauk untuk pasangan Nasi Penggel yang disodorkan oleh para pelanggan.

“Kalau nasinya ambil sendiri yah mas. Monggo, terserah ambil berapa saja.” ungkap Melan berkali-kali seperti dia ingin membuang rasa canggung dari setiap pembeli kepadanya. Istilahnya seperti, “Anggap saja saudara sendiri. Silakan makan sepuasnya dan senikmatnya”

Mengambil Nasi Penggel berarti mengambil nasi yang dibentuk bulat-bulat seukuran bola pingpong. Nasi Penggel itu bermakna nasi yang dibulati. Saya mengambil 10 bulatan nasi yang diwadahi dengan daun pisang yang dibentuk ‘pincuk’. Biasanya pembeli akan mengambil 8-15 bulatan nasi dan menurut saya sejumlah itu sudah sangat mengenyangkan. Bulatan Nasi Penggel ini diletakkan dalam bakul yang ditata berlapis-lapis. Setiap lapisan Nasi Penggel akan dipisahkan dengan lembaran daun pisang.

Nasi yang diambil pembeli lalu disodorkan kepada Melan untuk dituangkan sayur dan lauk. Sayur ini merupakan lodeh santan berbumbu gurih sederhana yang dicampur ‘gori’ atan nangka muda, daun singkong, tempe, tahu dan melinjo.

Adapun lauk Nasi Penggel adalah kulit dan jeroan sapi seperti babat, iso, kikil, ‘tetelan’, jantung, ginjal, paru, dan semacamnya. Saya melengkapi kenikmatan Nasi Penggel ini dengan memadankan dengan tempe mendoan dan teh hangat. Dari sayur dan lauk Nasi Penggel ini, saya merasakan kentalnya kesederhanan khas ‘wong cilik’ yang notabene menjadi mayoritas penduduk Kebumen.

“Kalau daging sapi nanti jadinya harga mahal. Nanti sedikit yang beli. Ya, gini mas sederhana saja. Yang penting bisa dinikmati semua.” ungkap Melan yang dari penampilannya juga menyiratkan orang yang sungguh sederhana.

Menyantap Nasi Penggel paling khas adalah dengan sendok daun pisang. Namun begitu, kebanyakan pembeli menggunakan sendok biasa yang dinilai lebih praktis tanpa mengurangi kenikmatannya.

Tadinya Nasi penggel ini masih berbentuk berbulat-bulat, tetapi jika sudah tercampur kuah sayuran dan lauk maka akan perlahan hancur menjadi seperti nasi biasa. Kata Melan, meski akan hancur juga saat dimakan, tapi dengan nasi dibulat-bulat, rasa nasi akan terasa lebih gurih. Ketika membulati nasi, dia biasanya mengolesi tangannya dengan ‘lengo gurih’ alias minyak kelapa.

Melan hanya buka lima hari dalam seminggu. Setiap Jumat dan Senin dia akan libur. Namun, tetap saja ada tetangga dan kerabat yang menggantikan lapaknya sehingga Nasi Penggel akan tersedia setiap hari. Daerah asalnya, yakni Dukuh Gunungsari, Desa Karangpoh, Kec. Pejagoan, dikenal sebagai asal muasal penjual Nasi Penggel. Selain di Tembana, masyarakat Gunungsari juga menjual Nasi Penggel di beberapa lokasi di seantero Kebumen, seperti di Pasar Mertokondo dan Alun-alun Kebumen.

show more

Share/Embed