Gendhis, gadis kelas II SMA, ekspresif , berjiwa seni, keras kepala, suka tantangan. Anak tunggal dari pasangan Dokter Barata dan Bu Laras.Sejak kecil, Gendhis telah didoktrin oleh kedua orang tuanya untuk menjadi dokter, Meneruskan profesi ayah, kakek dan buyutnya. Namun sayang, Gendhis sama sekali tidak tertarik memasuki dunia kedokteran, Gendhis phobia jarum suntik. Apalagi Gendhis sering melihat ayahnya menangani pasien dalam kondisi darurat, korban kecelakaan maupun korban kejahatan, melihat ceceran darah membuat kepalanya pusing. Hal ini selalu menjadi bahan perundungan teman-teman di kelasnya.

Gendhis lebih tertarik menekuni dunia seni, membuat animasi grafis dan games menjadi impian terbesar dalam hidupnya. Gendhis selalu mengagumi karya-karya animator grafis ternama. Impiannya sejak kecil adalah karyanya dapat menembus Walt Disney Animation Studio.
Pak Barata, ayah Gemdhis, adalah dokter terkemuka di kota ini. Secara turun menurun, moyang Pak Barata adalah dokter sejak jaman Belanda. Setiap keluarga dalam lingkungan keluarga besar Pak Barata pasti ada yang berprofesi sebagai dokter. Gendhis sebagai satu-satunya putri Pak Barata sudah bisa dipastikan, harus menjadi dokter.Namun Pak Barata terkejut karena cita-cita Gendhis ternyata diluar harapan Pak Barata : menjadi animator grafis. Ini dunia yang sangat asing bagi Pak Barata.
Ketakutan yang digambarkan disini adalah bagi Pak Barata, profesi dokter adalah identitas keluarga besarnya secara turun menurun. Apa jadinya jika garis keturunan satu-satunya Keluarga Barata Adi Jaya, tidak menjadi dokter?

Bu Laras, istri Pak Barata sekaligus ibu dari Gendhis. Digambarkan sebagai sosok keibuan, lembut, bijaksana dan berwawasan luas. Sekalipun Bu Laras sehari-hari tinggal di rumah mengurus bisnis online, namun tidak menghalangi Bu Laras untuk update berbagai informasi.Bu Laras paham, bakat seni Gendhis sudah tampak sejak kecil. Bu Laras paham akan harapan Pak Barata, namun Bu Laras pun tidak tega menghancurkan impian Gendhis.