Kabar dari Kotamobagu 1923
Romy Toar Nonutu Romy Toar Nonutu
518 subscribers
147 views
1

 Published On Sep 21, 2024

Sebuah tulisan dari ibu Maria Walanda Maramis ketika berkunjung ke Kotamobagu tahun 1923 yang diberi judul:
"Kabar dari Kotamobagu"
Menurut keterangan dari seorang tuan asal Mongondouw bahwa arti dari Kotamobagu adalah kependekan dari kata "Kota mau bangun". Dari asal kata ini dapat kita mengerti bahwa Kotamobagu itulah satu tempat yang sudah dipilih sebagai tempat yang terbaik untuk didirikan suatu negeri yang besar bakal menjadi kedudukan pemerintahan. Berikut ini saya mau tuturkan pengalamanku ketika hampir dua bulan saya tinggal disana. Kedudukan negeri ini berada pada tanah yang datar dan subur, saluran-saluran ayer ada disegala tempat, tumbuh-tumbuhan kelihatan subur dan hawa udaranya dingin, mungkin sama dinginnya dengan negeri Tomohon. Pada suatu hari yang baik saya sudah pesiar keliling negeri untuk melihat-lihat tempat tamasya di negeri ini, sungguh betapa bagusnya jalan-jalan yang sudah diatur begitu rapi, rumahnya p.t(paduka tuan) Controlir Bosselaar menghadap kesuatu tanah lapang besar yang dikelilingi dengan saluran-saluran ayer yang jernih, diantara rumah-rumah yang berikutnya terdapatlah rumah tuan pendeta W. Dunnebier , didekatnya ada sebuah rumah sekolah Belanda yang besar juga ada kantoor, pasar cita, pasar ikan, rumah para pejabat dan lain-lain. Rumah-rumah boleh dikata dibuat tidak kalah dengan dibendar Menado. Satu straat ke kampung Cina serta dengan toko-tokonya,satu straat yang lain ada rumah2 orang Minahasa dan orang-orang penduduk Kotamobagu. Rumahnya p.t Raja Datu Cornelis Manoppo letaknya pada satu tempat yang bergunung sedikit, dari atas gunung itu mengalirlah mata ayer yang alirannya dibagi-bagi cabangnya keliling rumah dan kintal-kintal yang besar, dihiasi dengan rupa-rupa tanaman dan pohon buah-buahan. Perkakas-perkakas rumah yang bagus dan mahal bersaingan
dengan besarnya rumah. Pada satu straat tidak jauh dari situ adalah tempat kediaman p.t Jogugu Abraham Patra Mokoginta. Duduknya rumah dan kintal serta perusahan-perusahan tidak kalah dengan rumah paduka raja, pendeknya seperti kakak dan adik. Rumah yang saya tumpangi tidak jauh dengan rumahnya tuan Jogugu, yaitu rumah kerajaan buat dipakai oleh tuan dokter di Kotamobagu disitulah sekarang bertinggal yaitu tuan dr.Adolf Tilaar. (dr. Tilaar kawin dengan Albertine Pauline Walanda anak dari ibu Walanda Maramis) Sewaktu saya tinggal disana saya sudah beberapa kali pesiar dan berkenalan dengan beberapa nyonya dan tuan orang Minahassa begitu juga dengan tuan Pendeta Dunnebier beserta beberapa orang asing di negeri itu. Tidak dilupa saya sudah datang berkenalan dengan tuan Raja dan boki (istri bangsawan) juga tuan Jogugu dan bokinya. Sewaktu saya di Kotamobagu saya dua kali diundang dalam perjamuan kawin. Satu antaranya perjamuan orang bangsawan, menurut ceritera dari seorang nyonya yang sama-sama hadir dalam perjamuan ini, untuk biaya festa itu sudah dibuang ongkost beribu-ribu rupiah. Menurut kabar bahwa ada beberapa nyonya dan nona Minahasa sudah tulung masak makanan dan kukis-kukis yang dipakai untuk festa itu. Alangkah ramainya pada malam itu si bruidegom diusung dalam pikulan yang terhias dengan rupa-rupa kembang yang bagus serta diantar oleh penyanyi anak-anak sekolah orang Mongondow. Perarakan ini berjalan dari rumah Bruidegom sampai kerumah Bruid, tidak kurang bunyi petas-petas
dan long-long bagaikan guntur dan halilintar yang hendak menyambar rumah itu. Didepan rumah Bruid ada berdiri satu taratak (panggung) yang terhias dengan karangan bunga dengan panji-panji, di atas rumah telah disediakan tempat buat kedua mempelai itu duduk berdekatan menurut adat kawin orang muslimin, kira-kira 20 orang perempuan duduk dilantai rumah seperti dayang-dayang dari si bruid. Terlebih ajaib lagi pemandanganku takala memandang ke atas terlihatlah saya berbagai warna kain tenunan tua yang belum pernah saya lihat sebelumnya, kira-kira 5 menit mataku tidak bisa lepas dari pada pemandangan akan barang-barang tua itu, dalam hatiku berkata: "Coba seumpamanya barang-barang ini boleh dijual, alangkah beruntungnya saya kalau dapat membeli sehelai buat cendramata ke Minahasa"? Sementara mata dan fikiran masih bekerja maka terkejutlah saya mendengar satu suara yang begitu lembut dan berhormat, katanya "Nyonya suka satu cangkir kopi"? barulah pada saat itu saya rasa seolah-olah sudah buat suatu kesalahan dimuka banyak orang. Dengan sedikit bingung dan malu saya menyahut: "Suka sekali nyonya Boki". Diantara tuan-tuan yang diundang dalam festa tersebut antara lain tuan Controleur Kotamobagu, tuan Adrian Van Der Endt kepala sekolah Belanda, tuan Jaksa ,tuan P.Hein guru sekolah Kotamobagu dan banyak tuan2 pejabat bangsa Minahasa serta nyonya-nyonya dan nona-nona. Sementara makan dan minum sekalian tamu sudah dilayani dengan semestinya. Sekitar jam 12 malam sesudah makan, sekalian tamu meminta diri untuk pulang.
Maumbie December 1923. M.C.J.W - M
Disalin dan penyesuaian bahasa oleh Romy Toar Nonutu

Audio Asher Fulero - Night Snow

show more

Share/Embed