KISAH KAROMAH KH MAKSUM JAUHARI ( GUS MAKSUM ) PENDIRI PENCAKSILAT PAGAR NUSA
AT-TIRMIDZI AT-TIRMIDZI
28.9K subscribers
55,177 views
0

 Published On Mar 27, 2022

#Kisahkaromah #Gusmaksum #pagarnusa #pencaksilatNU #khmaksumjauhari
Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri pada tanggal 8 Agustus 1944. Salah seorang cucu pendiri Ponpes Lirboyo Kediri, K.H. Abdul Karim.

Semasa kecil, beliau belajar pada orangtuanya, K.H. Abdullah Jauhari di Kanigoro. Masuk SD Kanigoro (1957), lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat.

Selebihnya banyak diisi dengan pengajian-pengajian di Pesantren Lirboyo dan melanglang buana ke beberapa daerah di pulau Jawa untuk berguru ilmu silat.

Beliau akrab dipanggil Gus Maksum adalah seorang Ulama, kyai, guru spiritual, petani, peternak dan pengayom Masyarakat.

Gus Maksum adalah seorang pendekar sejati yang sangat teguh pendirian, tegas dalam bersikap dan paling tidak suka pada segala bentuk kemungkaran lugas dalam berbicara, lembut, sederhana dan bersahaja dalam penampilan kesehariannya.

Tokoh kelahiran Kanigoro, Kras Kediri 8 Agustus 1944 adalah pribadi yang unik,seunik penampilannya yang selalu berambut gondrong, bersarung, kadangkala bersandal bakiak, berpakaian seadanya, tidak makan nasi/ngrowot dan beragam keunikan lainnya.

Beliau wafat pada hari senin 22 Desember 2003, Meninggalkan suri tauladan bagi santri dan masyarakat Serta mewarisi keilmuan silat yang sempurna IKATAN PENCAK SILAT NU PAGAR NUSA.
Oleh karena itu selayaknya profil beliau kita abadikan agar kita dapat lebih mengenal beliau yang bukan saja seorang pesilat tapi banyak sisi lain yang bisa kita pelajari, sebab beliau tidak hanya konsens disatu bidang saja. disamping itu agar jasa-jasa beliau tidak hilang begitu saja dilupakan, sehingga generasi mendatang bisa meneladani hal-hal positif yang telah ia torehkan.
Ayah Gus Maksum adalah KH. Abdullah Jauhari bin KH. Fadil Batokan daerah yang masuk kecamatan semen Kediri. Ibu Beliau adalah Nyai Hj. Aisyah putri dari KH. Abdul Karim pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Sejak si jabang bayi masih dalam kandungan, Kiai Jauhari dan Nyai Aisyah biasa membacakan Al-Qur’an, Asmaul Husna, Wirid, Shalawat dengan harapan agar kelak bayi yang dilahirkan menjadi seorang anak yang berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.

Bayi itu kemudian di namakan Muhammad Abdullah Maksum,Waktu terus berjalan bayi itupun beranjak besar tumbuh sebagai anak yang sehat dan bungsu dari ketiga kakak perempuan. wajar jika ia sangat diistimewakan dalam pandangan orang tuanya.

Namun walaupun diistimewakan Gus Maksum kecil bukanlah anak yang manja, justru ia sangat rajin membantu orang tuanya dan sangat patuh terhadap mereka, tak pernah membantah apa yang diperintahkan kedua orang tuanya. Kepatuhan ini bahkan tetap dibawanya sampai ahir hayat.

Gus Maksum kecil sangat cerdas. sejak dini ia sudah dikenalkan dengan ilmu agama, ia bersama ketiga kakak perempuannya dididik langsung oleh Kiai Jauhari dengan pengawasan sangat ketat, setiap jam 01.00 dini hari, Mereka di bangunkan mengambil air wudlu dan shalat malam, kemudian dilanjutkan mengkaji pelajaran. Hal ini berlangsung hingga Gus Maksum kecil pindah kepesantren kakeknya Lirboyo.

Pendidikan formalnya dimulai di sekolah dasar di Kanigoro dan kemudian melanjutkan kejenjang sekolah lanjutan tingkat pertama di pondok pesantren Lirboyo. Dalam membaca Al-Qur’an beliau dibimbing langsung oleh kakeknya KH. Abdul Karim dan Nyai Hj. Khadijah Karim, hingga tak heran ia dikenal sangat fasih dalam melafalkan Ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Selama menetap di Lirboyo, Beliau banyak menimba ilmu Agama kepada beberapa kiai di Kediri dan sekitarnya seperti Kyai Jamaludin Batokan, Kyai Jufri, Mbah JIPANG, jipang akronim dari ngaji gampang, nama aslinya adalah Kyai Muhammad Batokan.

Jiwa pesantren sangat melekat pada diri Gus Maksum diantaranya adalah kesederhanaan, kesopan santunan, kepedulian sosial, dan kepatuhan kepada orang tua dan guru. jiwa pesantren itulah yang membentuk kepribadiannya sejak kecil hingga tua. Kesalehan pribadi dan sosialnya itu hasil dari pendidikan pesantren yang di enyamnya.
Wafatnya gus maksum jauhari
Gus Maksum wafat di Kanigoro pada tanggal 21 Januari 2003, Tahun ketika Persik Kediri menjadi Juara kasta tertinggi Liga Indonesia setelah menghajar tim-tim kuat dengan skor telak. Stadion brawijaya terkenal angker terhadap tim lawan Persik sering dihubung-hubungkan orang dengan kharisma beliau. Jenazah Gus Maksum dimakamkan di pemakaman keluarga, sebelah barat masjid lama Ponpes Lirboyo. Meninggalkan perguruan silat yang kini semakin banyak anggotanya di seluruh Indonesia. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah menjadi pahala yang tidak putus-putusnya di alam kubur dan menjadi suri tauladan untuk kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.

show more

Share/Embed