MENGAPA ADA PELINGGIH TAKSU
Yudha Triguna Channel Yudha Triguna Channel
26.6K subscribers
26,127 views
0

 Published On Feb 15, 2023

   • MENGAPA ADA PELINGGIH TAKSU  
MENGAPA ADA PELINGGIH TAKSU
#PelinggihTaksu
#MengapaMembangunTaksu
#TempatSuciUntukMemohonProfesionalisme

MENGAPA ADA PELINGGIH TAKSU. Pada setiap pekarangan masyarakat Hindu khususnya di Bali atau masyarakat Hindu yang berasal dari Bali yang berdomisili di luar Bali acapkali membangun tempat pemujaan keluarga yang disebut merajan atau sanggah. Dari sekian bangunan yang ada di dalam areal merajan atau sanggah seperti misalnya Rong Tiga atau Kemulan atau juga disebut Kawitan, Padmasari dan sebagainya juga terdapat satu bangunan yang disebut palinggih taksu. Apa itu Palinggih Taksu, lalu mengapa membangun Palinggih Taksu ? Menurut Kamus Bali-Indonesia (1991:687) taksu adalah kekuatan magis yang memberikan kecerdasan, keindahan, dan mujizat. Masyarakat Bali pada umumnya bisa mengatakan seseorang yang melaksanakan pekerjaan, misalnya penari (pragina) metaksu. Ada sesuatu yang menyebabkan seseorang "mataksu” Di sini ada usur ‘kekuatan’ atau sakti atau wisesa. Pelinggih Taksu adalah bangunan suci/pelinggih sebagai sthana/tempat memuja/memohon anugerah dari Sang Hyang Taksu. Juga Taksu merupakan salah satu pelinggih untuk mensthanakan Sang Hyang Taksu yang ada di Sanggah atau Pemerajan. Pelinggih Taksu dibuat berdasarkan desa, kala, patra, kanista, madya, dan utama. Pelinggih Taksu berbentuk gedong beratap. Ada dua macam: yang pertama, gedong bertiang empat (saka pat) beruang dua (rong dua); yang kedua, gedong rong 1; di beberap daerah ada juga hanya memiliki tiang pendek (saka pandak), ruangnya satu (rong tunggal). Mengapa membangun pelinggih Taksu? Taksu berkaitan dengan pekerjaan atau swadharma atau profesi. Dari pekerjaan dan profesi seseorang bisa mendapatkan bekal sebagai biaya hidup. Ada yang berpendapat kalau di anggota keluarga tidak ada yang menjadi penari, pedalangan, dukun dan sebagainya, dianggap tidak perlu memiliki pelinggih Taksu. Karena bersifat Universal, pelinggih taksu perlu dibuat sesuai desa kala patra. Setiap manusia memiliki profesionality (wiguna). Menurut ajaran Hindu guna (profesi) tersebut ada sepuluh yaitu: 1] Guna Rsi: profesi sebagai pendeta; 2] Guna Wibawa: profesi sebagai pegawai, pejabat ; 3] Guna Tukang :profesi sebagai pertukangan; 4] Guna Sangging :profesi sebagai sangging (tukang patung); 5] Guna Pragina :profesi sebagai penari, penyanyi, pemusik; 6] Guna Balian : profesi sebagai pengobat, usadawan, dokter, dsb; 7] Guna Sastra :profesi sebagai pengarang, pujangga; 8] Guna Sonteng: profesi sebagai pemangku, pemuka agama; 9] Guna Dagang :profesi sebagai pedagang, pengusaha; 10] Guna Tani, yaitu profesi sebagai petani, nelayan. Dalam ajaran Tantrayana, taksu itu bisa diartikan sama dengan “sakti” atau “wisesa”. Sakti itu adalah simbul dari pada “bala” atau kekuatan. Dalam sisi lain, “sakti” juga disamakan dengan energi atau “kala”. Dalam Tatwa, daya atau sakti itu tergolong Maya Tatwa. Energi dalam bahasa Sanskerta disebut prana. Prana adalah nafas, kekuatan. Sakti atau energi maya dari Tuhan itu dipuja di dalam pelinggih yang disebut Taksu. Sedangkan Tuhan dalam wujudnya sebagai Sang Hyang Tri Purusa dan Sang Hyang Tri Atma dipuja dalam pelinggih kamulan. Lalu apa fungsi Palinggih Taksu ? Palinggih Taksu berfungsi sebagai media untuk memohon ke-siddhi-an atau keberhasilan untuk semua jenis profesi baik sebagai seniman, petani, pedagang, pemimpin masyarakat, dll. Yang dipuja Sang Hyang Taksu dengan sebutannya yang berbeda-beda, yang memberikan daya magis agar semua pekerjaan bisa berhasil baik. Dimana pelinggih Taksu dibangun? Pelinggih Taksu dibagun di merajan kemulan, di bagian utara menghadap ke selatan. Taksu juga ada dibangun di natah atau pekarangan rumah sebagai Taksu Karang atau Natah atau Taksu Geginan. Umumnya memiliki satu rong, beratap dan menghadap ke arah pintu masuk pekarangan/ Distanakan Pelinggihnya disebelah kanan keluar dari pintu gedong/meten. Bagaimana memahami taksu ini dalam konteks kekinian? Masyarakat semakin profesional, bidang-bidang keahlian semakin meluas dan spesifik. Seorang yang “metaksu” tidak hanya mengandalkan doa-doa saja; yang bersangkutan tidak berbuat apa untuk mengembangkan dirinya, namun harus melalui proses pendidikan yang tepat sebelum menjadi seorang profesional. Di di dalam proses pendidikan baik di dalam maupun luar sekolah/kampus pastilah ada aspek knowledge, skills, aptitude (discipline) ditambahan dengan sikap keyakinan terhadap kekuatan “taksu” itu sendiri; ada penyerahan diri total terhadap profesi itu sendiri. Dengan cara ini niscaya taksu akan turun menuntun profesi seseorang.

Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu.

Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe

https://www.youtube.com/channel/UCB5R

Facebook: www.facebook.com/yudhatriguna

Instagram:   / yudhatrigunachannel  

Website: https://www.yudhatriguna.com

show more

Share/Embed