Butuh waktu cukup lama bagi SAYYID MUHAMMAD AL IDRUS aka RAMA AIPHAMA untuk bisa menancapkan namanya di industri musik Indonesia. Penyanyi asal Gorontalo ini sudah merilis album sejak awal 80an tapi tidak berhasil mengemuka. Meskipun begitu upayanya untuk tetap eksis boleh diacungi jempol. Dia kemudian tampil juga sebagai pencipta lagu meskipun belum bisa menghasilkan lagu laris. Upaya untuk tampil sebagai penyanyi juga tetap dilakoninya seperti saat merilis album berjudul RATNA, dengan dukungan LEO MANUPUTTY sebagai music director. Sayangnya, album ini juga tidak bergaung di pasar. Selain lagunya yang memang kurang ‘kuat’, promo album ini juga minim. Meskipun tidak berhasil, bukan berarti langkah Rama terhenti. Dia terus menciptakan lagu, sampai kurang lebih sepuluh tahun setelah album ini dirilis namanya baru berkibar sebagai penyanyi keroncong dangdut. Musik Keroncong identik dengan kalangan dewasa, satu fakta yang tak terbantahkan karena memang hanya sedikit saja anak muda yang aware dan menggemari jenis musik yang satu ini. Fakta inilah yang boleh jadi menjadi pemikiran dasar saat album DINDA BESTARI akan diproduksi. Dengan mengemas lagu-lagu keroncong dalam irama yang lebih akrab dengan anak muda, diharapkan pangsa pasar akan menjadi lebih lebar. Genre yang dipilih untuk dikolaborasikan dengan keroncong adalah disco, plus sedikit imbuhan reggae yang ternyata menjadi terdengar unik. Kiat ini ternyata terbukti sakti. RAMA AIPHAMA berhasil mengangkat jenis musik ini menjadi lebih modern dan easy listening. Lagu-lagu yang ditampilkan juga tergolong lagu-lagu keroncong yang masuk katagori populer sehingga lebih mudah akrab di telinga. Selain itu, style Rama saat membawakan lagu ini di televisi termasuk kostumnya yang khas itu juga berpengaruh pada kesuksesan lagu ini. Sebuah packaging yang lengkap, tepat mengarah ke sasaran dan hasilnya menggembirakan. Album tersebut laris manis di pasaran dan menghadirkan trend baru. Sukses dengan lagu DINDA BESTARI Rama kemudian membuat volume 2 nya yaitu TELOMOYO.