Kadang tak hanya kita yang menyimpan rasa untuk seseorang. Meskipun dalam sebuah hubungan, hati dan logika adalah kata kunci untuk membuat semuanya berjalan sesuai kemauan. Namun, ada kalanya dia yang kalian sayang menoreh memori yang terekam dan tersimpan rapi dalam bentuk barang untuk dikenang. Seperti contoh permen Strepsil yang sampai sekarang saya simpan, itu mengingatkan saya pada perjalanan ke Bandung dan semua yang terjadi di dalamnya. Bagi kalian mungkin berbeda, tiap-tiap hati punya cara sendiri untuk membuat sebuah benda menjadi media untuk menyimpan cerita perihal suka dan duka.

Blue Jeans adalah metafora yang dipilih Gangga untuk kisah cintanya yang kandas semasa SMA. Berlatar belakang tahun 2000’an, lagu ini diawali dengan dering ponsel jadul yang sudah tidak asing lagi bagi kita —nada dering yang dinanti-nanti ketika pertemuan dirasa tak memungkinkan lagi. Telfon masuk dari orang tersayang akan menghasilkan blablabla tak karuan yang sulit untuk diakhiri. Kita membicarakan ketidakpastian, menertawakan hal lumrah yang dibumbui candaan murah, menceritakan kejadian yang dihubung-hubungkan, berusaha memberi dan menerima meski hanya melalui suara, membahas semua yang akan dirindukan ketika nanti sudah tak lagi bersama. Suara dari yang dulunya paling penting dan lama-kelamaan menjadi asing.

Semuanya membekas, tertinggal tak hanya dalam ingatan. Terangkum pula dalam benda. Sesuatu yang bisa dirasa dengan indera. Sesuatu yang nyata, meski bukan lagi dirinya.
_
Temukan saya di lain sosial media!
  / adhabuyung  
  / kiarakelana  
  / adha-buyung  
  / adhabuyung  

Contact me thru email!
[email protected]