Ngabuburit Sabtu, Bahas Buku

Di Indonesia, kelas menengah (tengah) menjadi sebuah mitos. Ia dianggap sebagai agen perubahan sosial, kelas utama penopang demokrasi dan lambang kemakmuran ekonomi. Mitos ini terus diproduksi dan direproduksi, nyaris tak terbantahkan.

Tetapi mitos tetaplah mitos begitu kita bisa membongkar dan menelanjanginya secara historis dan ilmiah. Buku yang hendak dibahas ini merupakan sebuah upaya meletakkan posisi kelas menengah dalam struktur kapitalisme yang timpang dan eksploitatif, terombang-ambing dan terjepit di antara kelas kapitalis dan kelas pekerja. Diandaikan begitu saja seolah kelas menengah akan bergerak menuntut perubahan sosial dan demokrasi ketika kesenjangan dan ketimpangan sosial ekonomi makin melebar, bahkan saat kapitalisme mengalami krisis.

Dengan kata lain, perubahan yang dituntut kelas menengah sesuai dengan posisi kelasnya, bersifat reformis, parsial, temporer dan kasuistik. Soalnya, sejauh mana posisi dan peran sosial politik kelas menengah ini berkontribusi mengonsolidasikan demokrasi, bahkan mendorong perubahan sosial yang mendasar?

Pertanyaan sentral tersebut coba kita bentangkan dan urai dalam bahas buku ini dalam dua sesi. Pertama, coba kembali meletakkan analisis kelas Marxis ke jantung perdebatan, melihat kembali struktur dan formasi kelas kapitalisme di negeri ini, dan mengaitkannya dengan problem kesadaran kelas. Kedua, berupaya menggali problem kelas dari riset empiris dan pengalaman praktis.