SITUS BATU TULIS Petilasan Kebo Iwa & Gajah Mada Jln, Air Terjun Dholo, Besuki, Mojo, Kediri, Jawa
Watukembar_Bali Watukembar_Bali
2.02K subscribers
1,007 views
11

 Published On Aug 19, 2023

Setelah pembangunan fisik Pura Kawitan Karang Buncing, Ds. Blahbatuh, Kab. Gianyar, Bali selesai direhab sekitar tahun 1990 dan akan diadakan upacara besar. Menurut tradisi umat Hindu di Bali diwajibkan seluruh warga yang masih mempunyai jasad di kuburan untuk segera melakukan upacara pengabenan (perabuan) tujuannya agar sang atman (arwah) orang yang meninggal tidak mengganggu kegiatan upacara yang akan datang.

Kemudian tetua warga Karang Buncing teringat bahwa Kebo Iwa telah lama pergi ke Jawa dan tidak pernah balik ke Bali lagi, dan tetua warga berangan-angan untuk melakukan upacara perabuan terhadap jasad Kebo Iwa namun mereka tidak mengetahui persis dimana jasad dan lokasi kuburan beliau.

Pada hari itu juga, berjumlah sekitar 25 orang menuju Pura Puseh Blahbatuh di depan Arca Pangulu (Patung Kepala), jarak dari Pura Kawitan sekitar 50 meter ke arah selatan. Tujuan datang ke Pura Puseh untuk memohon petunjuk lewat metafisik (alam niskala) yaitu mendatangkan Arwah (Roh) Kebo Iwa di Pura Puseh Blahbatuh. Dimana Pura Puseh Blahbatuh merupakan pura kerajaan akhir Bali Kuno yang sangat disucikan oleh desa adat sekitarnya.

Sejarah berdirinya Pura Puseh, Blahbatuh dibangun oleh kakek kandung Kebo Iwa yang bernama Sri Jaya Katong sekitar tahun 1250 M, saat masih muda mewakili sang ayah Sri Indra Cakru untuk mengurus Kerajaan Batahanar karena sang ayah Sri Indra Cakru kesenangannya hidup suci di pertapaan Gunung Lempuyang, Kabupaten Karangasem, Bali. Waktu menjadi raja muda beliau bergelar Raja Patih Makakasir Kebo Parud. Setelah menjalani hidup suci Kebo Parud disebut Sri Jaya Katong yang berkedudukan di Pura Gaduh Blahbatuh berdampingan dengan Pura Puseh.

Karena tetua warga meragukan kebenaran dari apa yang diucapkan oleh Wayan Sunarya lalu diabaikan. Berselang beberapa hari berlalu orang yang dipinjam raganya yang bernama Wayan Sunarya didatangi oleh seorang laki-laki bercelana Jean, baju Jean bertopi dan berkaca mata hitam di tempat kerjanya di Hotel Bali Beach Sanur, DPS dan berkata, “Kapan ke Jawa, ini saya kasi alamat” sambil mengambil secarik kertas dari saku baju dan diberikan kepada Jero Wayan Sunarya.

Bbrp hari kemudian, sejumlah kelompok kecil warga Karang Buncing menelusuri jejak" Kebo Iwa sesuai petunjuk yang didapat dalam secarik kertas tersebut, akhirnya sampai di Dusun Besuki RT 01/ RW 01 diantar oleh Pak Menuk warga asli RT 01 Besuki menuju Situs Batu Tulis yang berbetuk Lingga Yoni alami. Pada waktu itu belum dibangun Jalan menuju Air Terjun Dholo seperti sekarang ini. Merabas lebatnya semak belukar untuk sampai ke tempat tujuan menempuh waktu sekitar dua jam berjalan kaki.

Sesampainya di Situs Batu Tulis, tetua warga tdk percaya begitu saja bahwa tempat tersebut peninggalan Kebo Iwa dan berharap agar memberikan tanda atau bukti hujan dan memang betul saat itu turun hujan angin sangat lebat dan tidak berselang lama bbrp org kerauhan (kerasukan) termasuk Wayan Sunarya menceritakan riwayat kehidupan Kebo Iwa sampai di Batu Tulis, Dusun Besuki,, Mojo, Kediri.

Diceritakan bahwa Kebo Iwa diundang oleh Gajah Mada ke Jawa Majapahit karena mempunyai suatu misi yang sama yaitu "Menyatukan Nusantara" dimana sebelumnya Gajah Mada tidak percaya dengan Kebo Iwa dan diuji kemampuannya oleh Gajah Mada untuk membangun Sumur yang kemudian disebut Sumur Upas di Trowulan oleh karena di Jawa kala itu kekeringan, hanya Kebo Iwa yang bisa membangun sumur di tempat yang tidak lazim seperti di Bali, mis, membangun sumur di atas bukit karang di Desa Kampial, KutSel, bangun sumur di wil, Dps, Badung, Buleleng, membangun irigasi di Tabanan, Buleleng, membangun tempat suci Prasada di Pura Pengukur-ukuran Pejeng, Pura Sada Kapal, Pura Yeh Gangga Perean Tabanan, Pura Maospahit di Denpasar dan di bbrp tempat lainnya.

Situs Batu Tulis berbentuk Lingga-Yoni buatan alam (warisan tak benda) symbol langit dan bumi, maskulin (laki) dan feminim (perempuan) merupakan tempat moksah Kebo Iwa dan Gajah Mada sebagai penyatu Nusantara. Lingga stana moksah Kebo Iwa dan Yoni tempat moksah Gajah Mada. Dalam catatan tertulis Purana Pura Pucak Padang Dawa, Baturiti, Tabanan, Bali disebutkan bahwa Kebo Iwa merupakan awatara (titisan) Dewa Brahma sifat Tuhan sebagai Pencipta sedangkan Gajah Mada titisan Dewa Wisnu sebagai pemelihara jagat Nusantara ini.

Awatara artinya orang yang mempunyai kekuatan khusus setingkat dewa. Kalau boleh dikatakan beliau berdua sebagai Caru ‘tumbal’ demi tegaknya jagat Nusantara ini. Caru (tumbal) hewan korban suci bagi umat Hindu di Bali adalah korban suci dimana kepala nya ditanam dan dagingnya diolah menjadi bentuk yadnya (persembahan) dihaturkan dalam upakara tersebut.

Di situs Batu Tulis ini tertulis perjanjian Gajah Mada terhadap Kebo Iwa bilamana suatu saat Gajah Mada tidak becus’ mengurus jagat Nusantara maka estafet kekuasaan akan dijalani oleh Kebo Iwa, kira-kira seperti itu perjanjian beliau berdua. Bukan ditulis keinginan di Batu akan terkabul Rahayu rahayu ,,

show more

Share/Embed