Setelah sekian dekade tidak pernah dibawakan dalam format pertunjukan, Kebyar Buleleng Dauh Enjung direkonstruksi oleh Sanggar Seni Suara Mustika (dan tgl 26 Juni lalu dibawakan oleh Sanggar wahana Santhi), dengan mendatangkan informan (yang ketika penciptaan komposisi ini, merupakan seorang penabuh yang terlibat didalamnya). Rekonstruksi komposisi ini bukan sekadar perilaku “latah” yang dilakukan dengan motivasi “dalam rangka”, melainkan sebuah upaya penghormatan, pencarian serta pemaknaan terhadap spirit penciptaan yang hendak dijadikan tauladan terhadap kehidupan berkesenian saat ini, baik di Bali maupun di Buleleng pada khsusnya. Dalam rekonstruksi ini harus dimaklumi bahwa apa yang direinterpretasikan saat ini--sebagai hasil rekonstruksi-- tidak 100% mengejawantahkan kejadian saat itu. Sebagaimana hakekat sebuah rekonstruksi; yang menitik-beratkan pada penafsiran informasi untuk membangun substansi yang dulu pernah eksis--namun telah lama mati oleh waktu. Namun demikian, hasil rekonstruksi Kebyar Buleleng Dauh Enjung telah diupayakan dengan meminimalisir dan menjauhkannya dari muatan subjektif para informan, untuk menakar kadar ketidakjujuran rekonstruksi ini.