Kisah Budi Sarwono Wing Chin Bupati Banjarnegara Asuh Enam Anak Angkat
RUANG INSPIRASI RUANG INSPIRASI
11.3K subscribers
15,864 views
0

 Published On Oct 31, 2019

Jiwa kemanusiaan yang ada pada Budhi Sarwono yang akrab disapa Wing Chien saat ini rasanya tidak perlu diragukan lagi. Terbukti, pria yang saat ini menjabat sebagai Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah ini memiliki 8 anak. Enam anak di antaranya bukanlah anak kandung, melainkan anak kurang beruntung yang dibuang oleh orangtuanya pada saat masih bayi.

Pria 55 tahun ini masih hafal betul saat dirinya pertama kali mengangkat anak 13 tahun lalu. Bayi malang yang dibuang orangtuanya di cucian mobil di Kelurahan Kutaringin, Banjarnegara kini menjadi anak ketiganya.

"Saya beri nama Muhammad Rizki Ananda Budhi Sarwono. Saat itu begitu saya mendengar anak yang dibuang di cucian mobil langsung ke rumah sakit untuk memohon agar bisa merawatnya. Dan sekarang sudah kelas VI SD," tutur Wing Chien.

Dikatatakan, setiap anak yang ia angkat memiliki kisah sendiri-sendiri. Misalnya, anak keempatnya Muhammad Ilham Ananda Budhi Sarwono. Meski tidak dibuang oleh orangtuanya, namun anak keempatnya ini lahir dari ibu yang mengalami ganguan jiwa. Ia mengaku tergerak untuk mengangkatnya menjadi anak lantaran tidak punya bapak sedangkan ibunya mengalami gangguan jiwa.

"Jarak antara Rizki dan Ilham hanya tiga bulan. Ilham lahir dari ibu yang mengalami gangguan jiwa dan bapaknya tidak jelas siapa," kata dia.

Berbeda dengan anak kelimanya, Muhammad Alif Ananda Budhi Sarwono yang ditemukan warga di Masjid Gumiwang Kecamatan Purwanegara. Saat itu, Wing Chen menceritakan jika bayi tersebut awalnya diserahkan di polsek oleh warga. Awalnya, akan dijadikan putra bhayangkara, namun lantaran mempunyai kelainan yakni kepalanya membesar sehingga membutuhkan biaya banyak untuk berobat.

"Saat itu, saya tahu dari koran ada anak yang dibuang dan mengalami kelainan yakni kepalanya membasar. Akhirnya karena membutuhkan biaya yang banyak untuk berobat dari pihak Polsek mau menyerahkan kepada saya. Dan sekarang sudah sembuh setelah dioperasi sampai lima kali. Bahkan sampai dibawa ke Singapura," Wing Chien mengisahkan.

Lain lagi kisah anak keenamnya Ratna Ananda Budhi Sarwono. Jika yang anak yang lain ditemukan di Banjarnegara, Ratna diangkat anak setelah ditemukan di dalam kardus di Indramayu Jawa Barat.

"Kalau Neira Ananda Budhi Sarwono anak ketujuh saya ini ada orang yang melahirkan tetapi tidak tahu siapa bapaknya. Kemudian memohon agar saya mau merawat anak yang dilahirkannya," tuturnya.

Sedangkan anak kedelapan yang diberi nama Muhammad Arjuna Ananda Budhi Sarwono ini anak yang diangkat usai ia dilantaik menjadi Bupati Banjarnegara pertengahan tahun 2017 lalu. Ia menuturkan, usai pelantikan, ia mendapat kabar ada anak yang dibuang di Kecamatan Karangkobar.

"Saat itu, saya langsung telepon camat untuk membawa ke rumah sakit. Karena mukanya sudah pucat tetapi akhirnya selamat. Jadi sekarang anak saya 8, yang merupakan anak kandung itu anak nomer satu dan dua, semuanya perempuan," kata dia lagi.

Keputusannya untuk mengangkat anak yang dibuang orangtuanya tidak datang begitu saja. Keresahan masa lalunya yang kelam membawa Wing Chien kepada gurunya Sutikno, di Desa Widusan, Kecamata Tayu, Kabupaten Pati.

"Saya belajar dari kisah Umar bin Khattab. Dari sosok beliau saya belajar bagaimana ia menyayangi anak yatim-piatu dan janda-janda tua. Jadi sebelum mulai mengangkat anak yang dibuang saya bertekat untuk selalu menyantuni panti jompo baik yang ada di Banjarnegara, Purbalingga hingga di Banyumas," katanya.

Dia menambahkan lahir dari keluarga Tionghoa tidak membuatnya membatasi pergaulann.Sejak kecil, ia mengaku tidak pernah merasa menjadi orang minoritas. Hal ini yang akhirnya membawanya maju dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Banjarnegara 2017 lalu.

"Saya juga dulu bersekolah di salah satu sekolah Islam di Banjarnegara yaitu Cokroaminoto, dimana saya mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan. Di sekolah itu saya sudah merasa tidak lagi sebagai warga minoritas," ujar Wing Chien.

Menurutnya, sejak kecil ia dan keluarga lebih banyak bergaul dan menyatu dengan orang orang yang bukan dari kalangan Tionghoa. Hal ini membuat dirinya dikenal di semua kalangan. Ia merasa tidak ada lagi sekat atau batas antara minoritas dan mayoritas.

"Sebagian orang memandang saya sebagai warga minoritas. Tetapi, meski begitu saya merasa sudah menjadi bagian dari warga Banjarnegara sejak lahir," tuturnya.

Meski demikian, ia mengaku selalu berupaya menjalin hubungan baik dengan siapapun, terutama mereka yang memiliki visi-misi yang sama. Selain agar ikut memiliki daerahnya juga agar tidak ada perbedaan antara warga minoritas dan mayoritas.

"Mungkin inilah mengapa mayoritas di Banjarnegara menghargai kami yang sebelumnya dianggap sebagai minoritas dan sekarang diberi amanah untuk memimpin Banjarnegara," pungkas dia.

show more

Share/Embed