Roda ini terasa lebih cepat pergerakannya, begitu dahsyat perputarannya, tak terbendung oleh apapun perubahannya.

Kalau dianggap musim, mungkin ini musim gugur. Pohon kehidupan mulai meranggas, daunnya berguguran, serine bersahutan di jalanan, kendaraan lain menepi, karena ada ambulan melaju kencang menuju ICU dan ada juga yang dengan serine memelas menuju pekuburan.

Kabar sakit dan berita kematian, begitu deras berdatangan. Subuh ini toa masjid menitipkan duka pada hembus angin, pada tetes embun, pada helai daun yang tersisa.

Sedemikian deras berita itu, hingga di handphone sudah siap stiker duka, stiker doa kesembuhan dan stiker lafadz istirja' kematian. Lumayan mengurangi beban jari mengetik kalimat yang sama di hari yang sama. Atau sekedar persiapan jika tiba tiba ada berita pahit tentang sahabat, kerabat, kolega atau tetangga.

Lihatlah tanda tanda bermunculan di beranda, isyarat semakin mendekat, ayat ayat begitu menyayat, kita semakin akrab dengan kalimat "Inna lillah", semakin terbiasa dengan ucapan "wa Inna ilaihi Raji'un" tanpa kita sadari bahwa itu sesungguhnya ucapan romantis untuk kekasih "aku ini milikNya dan hanya kembali kepadaNya".
Tanpa kita tafakuri bahwa suatu saat akan ada berita yang sama tentang diri kita yang memaksa masuk ke tengah keramaian grup WA. Lalu stiker yang sama berhamburan di media sosial.

Sementara kita masih saja sibuk berdebat tentang wabah, diskusi tentang pandemi, tentang desain global, tentang perang tak kasat mata, tentang Dajjal akhir zaman yang ujungnya terjebak mendajjalkan saudara sendiri. Kita sibuk mencari dalil pembenaran, mengutif firman Tuhan yang selama ini terkangkangi.

Roda ini terasa lebih cepat pergerakannya,
bertasbihlah
Begitu dahsyat perputarannya,
bertasbihlah
Tak terbendung oleh apapun perubahannya,
bertasbihlah
Bersujudlah
Teruslah mendekat.
Lalu gumamkan perlahan "Tuhan aku ini milikMu dan hanya kembali padaMu"

Al-Halaj 2021