Ritual Langka mencuci kuda kepang di Kulonprogo, Yogyakarta
Him Tjen Himawan Him Tjen Himawan
431 subscribers
3,215 views
0

 Published On Jul 9, 2016

Bendung Kayangan merupakan sebuah "tempuran" atau titik pertemuan dua sungai dalam istilah bahasa Jawa. Dua sungai yang bertemu di Bendung Kayangan ini adalah Sungai Ngiwa dan Sungai Gunturan yang berhulu di Goa Kiskendo.
Bendung Kayangan berada di Dusun Turus, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Di sini, konon merupakan tempat pertapaan Mbah Bei Kayangan, seorang pengikut Raja Brawijaya yang melarikan diri di masa akhir pemerintahan Majapahit.
Begitu tiba di tempat ini, Mbah Bei Kayangan bertapa dan mendapatkan petunjuk agar membuka lahan pertanian, ladang dan permukiman di sekitar Bendung Kayangan.
Karena keberhasilannya membuka lahan sebagai tempat bercocok tanam, maka ia diakui sebagai salah satu pesohor wilayah, dan dianggap sebagai cikap bakal atau leluhur warga di sini.
Untuk mengenang Mbah Bei Kayangan ini, setiap setahun sekali, pada hari "Rebo pungkasan" atau Rabu terakhir pada bulan Sapar menurut penanggalan Jawa, warga Desa Pendoworejo menggelar upacara tradisi, yakni "Kembul sewu Sedulur". merupakan ritual santap bersama dengan banyak orang di lingkungan tersebut yang disimbolkan dalam istilah bahasa Jawa Sewu Sedulur" atau seribu saudara, seribu anggota keluarga. Salah satu menu wajib yang harus ada adalah "bothok daging Lele" dan panggang ikan emas.
Usai doa dan makan bersama, ritual dilanjutkan dengan "ngguyang Jaranan" atau memandikan kuda lumping/kepang di tempuran tersebut. Kuda adalah salah satu binatang tunggangan sekaligus kesayangan Mbah Bei Kayangan, dan kuda kepang juga menjadi salah satu seni pertunjukan tradisi di lingkungan ini.

Kamera & Peramu Visual-Audio: Himawan Prodjowardojo.
Suara Seruling: Ale Triana.

show more

Share/Embed