Negara-negara Ini Mayoritas Dihuni Oleh Orang Keturunan Indonesia
KIKY KHOTO KIKY KHOTO
162K subscribers
8,716 views
0

 Published On Apr 29, 2024

#indonesia #malaysia #bahasaindonesia

=========================================
Untuk promosi, kerjasama dan penggunaan dengan tujuan komersial, silahkan hubungi kontak berikut:
Instagram : www.instagram.com/rezky.anadra
whatsapp : https://bit.ly/3rm3ijt
=========================================

Hola guys..
Kali ini gw pengen ngajak kalian buat bahas suatu topik yang lumayan seru dan asik. Topiknya adalah Negara Yang Dihuni oleh mayoritas keturunan Indonesia dan negara itu bukanlah suriname.

Selama ini kita mungkin sering mendengar nama negara Suriname yang banyak dihuni oleh orang keturunan jawa, bahkan orang orang sana tidak bisa berbahasa Indonesia namun bisa berbahasa jawa dengan sangat lancar. Nah ternyata selain Suriname ada negara lain yang mayoritas juga dihuni oleh orang Indonesia, tidak hanya dari Jawa namun juga dari suku lain. Bahkan orang orang kaya dan pejabat di negara ini kebanyakan adalah keturunan Indonesia. Dimanakah itu?
Kisah kehidupan masyarakat Jawa yang menjadi kuli kontrak biasanya dipenuhi cerita tragis. Sungguh berbeda dengan komunitas ribuan orang Jawa Kaledonia yang hidup dalam tradisi budaya Prancis di Pasifik Selatan dan daratan Eropa
Berawal dari buruh kebun dan tambang nikel, kini para Javanis (orang Jawa) yang sebetulnya juga berasal dari Betawi, Jawa Barat, Sumatra, dan daerah lainnya, umumnya hidup sejahtera di Kaledonia Baru.
Kepulauan Kaledonia ini terletak di Pasifik bagian selatan. Hingga kini, kepulauan tersebut berada di bawah pemerintahan negara Prancis dengan ibu kota bernama Noumea. Negara ini sangat unik, karena menjadi kampung orang Jawa di luar negeri.
Sejarah Kaledonia Baru semula adalah wilayah koloni untuk membuang para penjahat serta beberapa orang pemberontak asal Maghribi yang melawan Prancis. Lambat laun, kebutuhan ekonomi membuat penguasa Prancis membutuhkan buruh migran termasuk dari Jawa.
“Pada tahun 1996 ada sekitar 5.000-an Jawa Kaledonia yang masih bermukim di Pulau Kaledonia Baru,” tulis Jean Rocher dan Iwan Santosa dalam Sejarah Kecil: Indonesia-Prancis 1800-2000.
Rocher menyebut, para orang Jawa Kaledonia yang memulai migrasi tahun 1896 dan tiba dalam sejumlah gelombang migrasi hingga awal 1970-an ketika terjadi booming tambang nikel, hingga hidup menjadi warga kelas dunia.
Para orang Jawa di Kaledonia Baru ada yang beranak-pinak di Pasifik Selatan, Prancis, atau menikmati hari tua di sekitar Jawa Tengah. Rocher ketika berkunjung ke Yogyakarta awal tahun 2003, melihat sejumlah orang Jawa Francophone (penutur Prancis) hidup di kota tersebut.
Sebagian besar, jelasnya, memiliki akar sejarah di Kaledonia Baru dan secara rutin setiap bulan menerima pensiun dari pemerintah maupun perusahaan Prancis tempat mereka bekerja.

Pamela Allen seorang peneliti Tasmania University menyebut orang Niaouli yang kembali ke Jawa disebut sebagai Wong Baleh atau Sojourner yang dalam istilah Belanda disebut trekker, yakni migran yang menetap di negeri baru dalam hal ini Kaledonia Baru.
Menurut Pamela, orang-orang ini mencoba peruntungan di Jawa, tanah leluhurnya, namun ada juga Wong Baleh yang tidak betah karena budayanya yang berbeda antara Prancis dan Jawa.
Awal kedatangan kuli dari Jawa ke Kaledonia Baru dimulai dengan werk contract (kontrak kerja). Para buruh kontrak menyebut diri mereka sebagai batur tukon (kuli kontrak). Orang Eropa dengan sederhana menyebut mereka sebagai Javanais atau Niaouli.
Nama Niaouli adalah sejenis pohon lokal yang sering dijadikan tempat para mbok Jawa menggantungkan bayinya saat mereka bekerja di perkebunan. Karena itu, lambat laun, orang Jawa yang lahir di Kaledonia Baru disebut Les Niaouli atau Kaum Niaouli.
Berdasarkan data Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), migrasi pertama orang Jawa yang datang ke Kaledonia Baru sebanyak 165 orang. Mereka terdiri dari 145 laki-laki dan 20 perempuan.
Didapati keterangan ada 78 kali pengiriman buruh dari Jawa ke Kaledonia Baru. Umumnya mereka berasal dari Yogyakarta, Solo, Wonosobo, Pekalongan, Kediri, Surabaya, Batavia, dan Bandung.
Dijelaskan Iwan, gelombang besar migrasi terjadi lima kali, yakni tahun 1896, lalu tahun 1936 sebanyak 300 orang, tahun 1939 sebanyak 800 orang dan tahun 1949 semasa Perang kemerdekaan Indonesia dan terakhir awal 1970 an semasa bisnis nikel booming.
ara buruh migran Jawa--yang didominasi lelaki--belakangan melakukan perkawinan dengan kelompok lain, seperti etnis Kanak (suku asli Kaledonia Baru) yang jumlahnya mencapai 48 persen dan etnis lainnya.
Terkadang para kuli kontrak pulang ke Jawa untuk mencari pasangan hidup yang kemudian diboyong ke negeri koloni Prancis itu. Pada generasi 1990-an, jelas Iwan, ada juga masyarakat Jawa yang bergaya hidup barat dengan tidak menikah, walau punya pasangan.
Secara sosial, orang Jawa di Kaledonia Baru masih banyak yang religius menganut agama Islam, Katolik, Protestan, bahkan sekuler.
Nah buat kalian yang tertarik dengan konten ini, langsung aja tonton videonya sampai habis ya.

Enjoy-

show more

Share/Embed