TRADISI BALI | UPACARA YANG WAJIB DILAKUKAN OLEH ORANG BALI | MAMUKUR | POTONG GIGI
Bli Keliling Bli Keliling
11.1K subscribers
360 views
11

 Published On Jul 13, 2024

#tradisibali #mamukur #potonggigi #ngaben

Mamukur

Upacara mamukur adalah kelanjutan dari upacara ngaben dalam keseluruhan cakupan pira yadnya dalam aspek adhyatmika. Tujuannya adalah meningatkan lagi kesucian arwah orang yang telah diabenkan, sehingga sampai ke tingkat dewapitara yang berada dialam dewa atau swarga. Apabila dalam upacara ngaben arwah seseorang baru sampai ke tingka pitara yang berada di alam pitra atau bhwahloka, maka tingkat kesucian arwahnya itu barulah semi suci atau di dalam bahasa Bali disebut kedas ( bersih dari kotoran sthulasarira atau badan wadag), belum mencapai sepenuhnya. Di dalam upacara ngaben terjadi suatu pemisahan jiwatma dengan suksmasarira, sedangkan di dalam upacara mamukur terjadi pemisahan jiwatma dengan antahkarana , sehingga jiwatma menjadi suci yang disebut dewa pitara dan berada di alam desa atau swah loka ( swarga). Itulah sebabnya upacara mamukur disebut upacara atmawedana di dalam Pujapitra yaitu suatu upacara yang memproses peningkatan kesucian daripada jiwatma itu.

Upacara memukur merupakan suatu keharusan bagi umat Hindu untuk dilaksanakan sebagai kelanjutan daripada upacara ngaben, guna arwah seseorang itu mencapai kesucian sampai tingkat dewapitara, untuk dapat jiwatmanya reinkarnasi atau menitis kembali kedunia sesuai dengan karmawasana yang masih melekatinya. Apabila tidak diupacarai mamukur, arwah seseorang itu akan tetap berada di alam pitara dan mengambang tidak bisa reinkarnasi karena jiwatmanya masih dikungkung oleh antahkarana, sehingga jiwatmanya tidak mendapat kesempatan melaksanaan subhakarma untuk menembus asubhakarma yang pernah diperbuatnya dimasa kehidupannya yang dahulu yang masih melekatinya sebagai karmawasana.

Di Bali ada beberapa istilah yang mempunyai arti sama dengan mamukur yaitu: nyekah, mapararos dan maligya. Namun istilah yang lazim digunakan adalah mamukur dan maligya. Ada pula dijumpai istilah nyekah kurung.

Mamukur berasal dari kata bukur. Kata bukur adalah akronim dari kata bu ( bhu) artinya alam, dan kaa ur ( yang berasal dari kata urdhah) artinya atas. Kata bukur artinya alam atas dan kata mamukur artinya menuju alam atas atau swah loka yang juga disebut swarga yang artinya berada di alam swah. Alam atas yang dimaksudkan itu adalah alam diatas bhwah loka yaitu swah loka. Upacara mamukur adalah upacara pitrayadnya yang dilakukan setelah upacara ngaben untuk meningkatkan kesucian arwah menjadi dewa pitara. Dewa pitara artinya pitara yang telah beda di alam dewa yaitu swah loka, namun demikian bukanlah berarti pitara itu dewa. Oleh karena dewa pitara yang sudah penuh kesuciannya itu berada di alam dewa dan juga berfungsi membimbing serta melindungi kehidupan keturunannya, maka itulah dewa pitara itu juga diberi sebutan bhatara kawitan sebagaimana yang dipuja pada palinggih Kamulan atau Kawitan oleh keturunnya.

Upacara mamukur biasanya dilanjutkan taua dirangkaikan dengan upacara ngalinggihang dewa pitara di Sanggah atau Pamerajan yang merupakan upacara terakhir dalam seluruh rangkaian upacara pitra yadnya.

Nganget Don Bingin

Dalam rangkaian upacara memukur terdapat prosesi ngengget don bingin yaitu memetik daun beringin dengan banten upakara sesuai sastra dresta yang ada, dimana daun beringin dipergunakan sebagai simbul badan pitara yang dirangkai pada sumbu berupa bambu seperti kerucut atau segitiga diatasnya. Sumbu tersebut sudah dihias dengan berbagai bunga sebagai simbol ‘ngewangiang pitara’ kemudian dinamakan Puspa Lingga yaitu linggihan para pitara yang akan diproses menuju alam sorga atau alam Dewa.

Potong Gigi

Upacara potong gigi di Bali merupakan bagian dari Manusa Yadnya. Ini merupakan konsep siklus hidup dari bayi di dalam kandungan, lahir, hingga perkawinan. Manusa Yadnya merupakan filosofi untuk memanusiakan manusia. Upacara potong gigi di Bali dilakukan bukan tanpa makna. Potong gigi ini bermakna menemukan hakikat manusia dan terlepas dari Sad Ripu. Sad Ripu adalah enam jenis musuh manusia yang timbul akibat perbuatan yang tidak baik.
Berikut enam jenis musuh tersebut:
Kama: keinginan atau mengumbar nafsu
Lobha: sifat serakah
Krodha: marah dan dendam
Mada: mabuk
Moha: bingung dan angkuh
Matsarya: dengki dan iri hati
Bila keenam musuh ini menguasai manusia, maka orang tersebut akan lebih banyak berbuat tidak baik dan tidak benar. Di dalam keyakinan Hindu, tiga dari enam musuh diyakini sebagai pintu neraka. Tiga musuh tersebut adalah Kama, Krodha, dan Lobha. Hal tersebut tertuang dalah Bhagavad gita. Budaya potong gigi ini dilakukan sebagai doa dan ritual untuk membangkitkan kekuatan spiritual dalam melawan keenam musuh tersebut.

Jangan lupa untuk follow Bli Keliling di platform medsos lainnya:
Instagram :   / blikeliling  
Facebook :   / bli.keliling.3  
Tiktok :   / blikeliling  

show more

Share/Embed