Misteri Umbul Langse Boyolali: Ritual Persembahan Menghidupkan Kembali Mata Air
Tribun Solo Official Tribun Solo Official
327K subscribers
5,233 views
0

 Published On Premiered Oct 31, 2021

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo



TRIBUN-VIDEO.COM - Sekilas tak ada yang aneh dari Umbul Langse yang ada di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Boyolali, Jawa Tengah, ini.

Umbul atau sumber mata air yang berada tak jauh dari jalan alternatif Boyolali-Klaten itu ternyata
menyimpan cerita yang cukup mengerikan.

Di mana, sekitar tahun 1999 an kubangan tanah besar yang semula mengeluarkan air dengan jernih itu mendadak kering.

Padahal, air dari sumber mata air itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat.

Pasalnya kejernihan air dari sumber mata air itu tak hanya untuk mencukupi kebutuhan air rumah tangga, seperti masak, minum, mandi mencuci dan sebagainya.

Lebih jauh dari itu, sumber mata air itu juga sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.

Sebagai masyarakat agraris, sumber air dari umbul itu jadi andalan masyarakat sekitar dalam bertani.

Keringnya umbul ini juga menjadi bencana besar bagi masyarakat.

Masyarakat seakan menghadapi paceklik (masa sulit).

Sawah-sawah masyarakat yang semula bisa ditanami padi 2-3 kali dalam setahun, sejak saat itu hanya sekali.

Air hujan satu-satunya andalan masyarakat dalam bercocok tanam.

“Ya sejak mengeringnya umbul ini, otomatis pola tanam sawah warga sini menjadi terganggu,” ungkap Sesepuh Desa Nepen, Sugiman.

Digadaikan

Matinya sumber mata air di Umbul Langse ini pun menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat sekitar.

Benar saja, selama lebih dari 4 tahun, warga terus dirundung kegelisahan akan matinya sumber kehidupan ini.

Hanya saja, tak banyak masyarakat peduli dengan kehidupan anak cucu yang akan datang.

“Masyarakat sini sebanarnya juga resah dengan matinya sumber air ini. Tapi mereka seakan cuek,” ujarnya.

Sugiman yang tidak bisa tinggal diam begitu saja dengan kondisi ini, lalu berdiskusi dengan dua warga lainnya.

Dari diskusi itu, dapat ditarik kesimpulan jika matinya sumber yang tak wajar ini pasti ada penyabnya.

Namun, ketiganya yang tak bisa berbuat banyak kemudian memutuskan untuk mencari guru spiritual agar air di umbul ini bisa keluar jernih seperti sediakan.

“Iya menurut, orang yang bisa melihat dan membimbing kami dalam upaya menghidupkan lagi umbul ini menyampaikan jika umbul ini ada yang menggadaikan selama 7 tahun lamanya,” ujarnya.

Dengan begitu, umbul bakal mengeluarkan air lagi setelah 7 tahun tersebut.

Itu artinya warga masih harus menunggu 2-3 tahun lagi untuk mendapatkan air.

2-3 tahun bagi Sugiman dan teman-temannya bukanlah waktu yang sebentar.

Diapun akhirnya minta petunjuk lagi kepada guru spiritualnya itu supaya air bisa segera keluar.
Guru spiritualnya itu kemudian melakukan komunikasi batin dengan penghuni ghaib Umbul Langse ini.

Agar air bisa keluar lagi, ada 17 macam ubo rampe yang diminta penghuni umbul. Salah satunya nyawa manusia.

Namun, salah satu syarat berupa nyawa manusia ini sangatlah berat dan tak mungkin dipenuhi.
Lalu, dilakukan komunikasi untuk mengganti salah satu syaratnya itu.

“Bisa diganti dengan kambing kendit yakni kambing warna hitam di seluruh tubuh, kecuali di bagian tengah perut badannya terdapat warna putih melingkar,” ujarnya.

Kambing berharga fantastis itu tak mungkin dipenuhinya.

Dia yang hanya bertiga orang sangatlah berat untuk membeli kambing tersebut.
Beruntung, syarat itu masih bisa diganti dengan pisang emas.

Namun pisang emas yang ‘diminta’ haruslah lengkap beserta pohonnya.

Bahkan mulai dari bonggol hingga jantung pisangnya haruslah masih ada.

Pisang emas dengan kreteria itu tidaklah mudah didapatkan di daerah sekitar Nepen dan sekitarnya.

Diapun harus mencari pisang yang masih lengkap itu hingga ke lereng Merapi.

“Saya pikul bersama teman saya. Gantian dengan teman saya. Kalau saya capek, saya gantian yang bawa motor. Begitu sebaliknya,” ujarnya.

Selain itu, masih banyak lagi syarat ubo rampe yang diminta.

Saking banyaknya dia sampai tak hapal lagi, jenis ubo rampe yang wajib dipenuhi supaya air umbul ini bisa keluar.

“Ada juga Bambu Petok, dan sesaji berupa jajan pasar dan hasil bumi yang masing-masing berjumlah 17 macam,” ujarnya.

Barulah setelah seluruh syarat-syarat itu lengkap, ritual permohonan bisa digelar.

Seluruh syarat-syarat itu diletakan di bawa batu besar yang ada di umbul langse itu.
Lalu dilakukan doa-doa.

Setelah itu, bersama warga dilakukan sholat ghaib selama beberapa malam di pelataran umbul ini.

“Untuk salatnya, dilakukan beberapa pekan. Setelah air keluar, baru dilakukan ritual merti umbul dengan berbagai kegiatan seperti pergelaran wayang,” ujarnya.

Semenjak saat itu, Umbul Langse yang kering keronta berubah menjadi lautan air.
Air yang yang dikeluarkan bumi sangat jernih sampai saat ini.(*)

show more

Share/Embed