Merinding! Indonesia Bangun Wahana Antariksa Terbesar di Benua Asia
KIKY KHOTO KIKY KHOTO
175K subscribers
17,572 views
597

 Published On Jun 15, 2024

#indonesia #malaysia #bahasaindonesia

=========================================
Untuk promosi, kerjasama dan penggunaan dengan tujuan komersial, silahkan hubungi kontak berikut:
Instagram : www.instagram.com/rezky.anadra
whatsapp : https://bit.ly/3rm3ijt
=========================================

Hola guys..
Kali ini gw pengen ngajak kalian buat bahas suatu topik yang lumayan seru dan asik. Topiknya adalah Indonesia akan punya internet gratis karena telah punya wahana antariksa terbesar di benua asia.

Tahukah kalian bahwa Indonesia baru saja meluncurkan wahana Antariksa terbesar di benua Asean?
Ya dia adalah satelit bernama SATRIA-1? Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sukses diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Senin (19/6/2023) pukul 18.21 waktu Florida atau pukul 05.21 WIB. SATRIA-1 dibawa oleh roket Falcon 9, roket yang mendarat vertikal dan bisa dipakai ulang sebanyak 15 kali peluncuran milik SpaceX.
SATRIA-1 merupakan satelit super canggih pertama yang sepenuhnya dimiliki dan dikendalikan oleh Pemerintah Indonesia. Satelit buatan Thales Alenia Space, Prancis tahun 2020 itu berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) berkapasitas 150 gigabita per detik (Gbps) dengan frekuensi Ka-Band. Tidak heran satelit SATRIA-1 dinobatkan sebagai satelit terbesar di Asia dan kelima di dunia.

Tinggi SATRIA-1 6,5 meter, bobot 4,5 ton, dan mampu beroperasi sampai 15 tahun sejak mengorbit. Untuk mengoperasikan SATRIA-1, Kominfo dan BAKTI menunjuk PT Pasifik Satelit Nusantara, lewat mekanisme Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan pihak SNT selanjutnya berfungsi sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP). SNT sendiri merupakan konsorsium terdiri dari PSN, PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.
Setelah peluncuran, SATRIA-1 akan melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari kendaraan peluncurnya hingga tiba di posisi orbit 146 Bujur Timur. Di posisi orbit tersebut, satelit akan menjalani serangkaian tes, seperti In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test), untuk memastikan kinerja satelit yang optimal.
Direncanakan pada minggu keempat Desember 2023, SATRIA-1 akan siap beroperasi (ready for service) dan terhubung dengan stasiun bumi serta siap untuk dihubungkan dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik.

Sebagai pengendali di bumi, Kominfo-BAKTI membangun 11 stasiun bumi (gateway) di Cikarang (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Manado (Sulawesi Utara), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Tarakan (Kalimantan Utara), Pontianak (Kalimantan Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Ambon (Maluku), Manokwari (Papua Barat), Jayapura (Papua), dan Timika (Papua Tengah). Stasiun Bumi Cikarang ditunjuk sebagai Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer berikut Network Operation Control. Setiap lokasi stasiun bumi dilengkapi oleh antena khusus yang diproduksi perusahaan asal Tiongkok, The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE).

Satelit SATRIA-1 digunakan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat jaringan internet dan layanan digital di 150 ribu titik terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Kehadiran SATRIA-1 dapat mendukung kegiatan sekolah dan pesantren, percepatan layanan publik di kantor pemerintahan daerah, data puskesmas dan rumah sakit daerah, serta membantu pengawasan wilayah oleh TNI dan Polri.
Belakangan, dengan peningkatan kecepatan internet yang disematkan pada SATRIA-1, membuat jumlah titik layanan yang harus ditutupi (coverage) menjadi berkurang. Semula, untuk tiap titik layanan kapasitasnya 1 Mbps, namun kemudian ditingkatkan kecepatannya mencapai 4 Mbps. Oleh karena itu, menjadi berkurang dari semula 150 ribu titik menjadi 50 ribu titik saja. Meski demikian, diharapkan kehadiran SATRIA-1 dapat menjawab kebutuhan akses internet di wilayah 3T yang selama ini terkendala kondisi geografis.

Satria akan sampai pada orbit 146 BT menggunakan frekuensi Ka-band dengan teknologi very High Throughput Satellite (HTS) berkapasitas 150Gbps. Satelit Satria 1 ditargetkan akan mulai beroperasi pada triwulan IV 2023 dengan masa tugas hingga 15 tahun.

Spesifikasi lainnya yaitu:
Memiliki prosesor transparan digital
Memiliki mekanisme 4 pendorong listrik
Memiliki lifetime minimal 15 tahun
Memiliki 5 panel untuk setiap sayap solar array
Mengadopsi bodi Spacebus Neo Level 6

Seperti proyek Palapa Ring, proyek SMF juga akan menggunakan skema KPBU. Skema ini merupakan gabungan antara pemerintah dan badan swasta, sehingga tidak langsung membebani APBN. Total kebutuhan pendanaan senilai US$ 540 juta atau sekitar Rp8 Triliun untuk

satelit, roket, ground station, dan lainnya senilai US$ 450 juta atau sekitar Rp6,69 Triliun

Nah buat kalian yang tertarik dengan konten ini, langsung aja tonton videonya sampai habis ya.

Enjoy-

show more

Share/Embed