DOKUMENTER JAMAS PUSAKA KANGJENG SUNAN KUDUS 1442 H
Official Menara Kudus Official Menara Kudus
117K subscribers
54,124 views
0

 Published On Oct 17, 2020

DOKUMENTER JAMAS PUSAKA KANGJENG SUNAN KUDUS 1442 H


Jamas berasal dari bahasa Jawa yang berarti mencuci. Penjamasan dilakukan untuk merawat dan menjaga keris agar bebas dari karat, serta untuk menampakkan pamor keris, ciri khas dari sebilah keris karya empu jawa kuno.
Kiai Cinthaka adalah keris milik Kangjeng Sunan Kudus. Tangguh atau estimasi jaman keris ini diperkirakan berasal dari era Majapahit akhir. Sedangkan dapur atau bentuk atau bilah kerisnya adalah berdapur “Penimbal” yang memiliki makna kebijaksanaan dan Kekuasaan.
Adapun pamor Keris Kiai Cinthaka adalah “Wos Wutah” yang melambangkan kemakmuran, keselamatan, dan kepasrahan kepada Allah SWT.
Dan emas yang menempel di gandhik keris adalah jenis “Kinatah Panji Wilis” yang merupakan simbol topeng emas untuk wajah keris.
Penjamasan Keris Kiai Cinthaka dilakukan satu tahun sekali, yaitu pada hari Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik, atau tanggal 11 sampai dengan 13 Dzulhijjah. Pada tahun ini jatuh pada hari Kamis, 16 Dzulhijjah 1441 H bertepatan dengan 6 Agustus 2020 TU.
Menjelang pelaksanaan penjamasan, biasanya cuaca selalu dalam keadaan “timbreng” tidak dalam terik matahari, tidak pula mendung, apalagi hujan.
Penjamasan Keris dipimpin oleh KH. Ahmad Badawi Basyir dengan dibantu juru jamas H. Faqihuddin. Adapun tempatnya adalah di sebelah utara pendapa Tajug Menara Kudus. Sebelum dimulai penjamasan, terlebih dahulu dilakukan Ziarah ke pasarean makam Kangjeng Sunan Kudus. Seusai ziarah, dengan diiringi bacaan shalawat, petugas mengambil dan menurunkan keris Kiai Cinthaka, yang berada dalam peti, dan diletakkan di bagian atas Pendapa Tajug.
Peti berisi keris tersebut, kemudian diserahkan kepada sang kiai untuk mulai dilakukan proses penjamasan. Setelah dikeluarkan dari peti dan dibuka kain pembungkusnya, sang kiyai menyerahkan keris kepada petugas penjamas.
Keris terlebih dulu dilepas dari hulunya, karena yang dijamas hanya bilah atau bagian utama keris. Dari pendapa tajug, bilah keris kemudian dibawa ketempat penjamasan, yakni disamping gapura kompleks makam.
Penjamasan dimulai dengan membasuh wilah keris menggunakan “banyu landa”, yaitu air rendaman merang ketan hitam, kurang lebih sebanyak tiga basuhan.
Selanjutnya, wilah keris direndam dalam air jeruk nipis, serta menggosoknya dengan beberapa butir jeruk nipis, kemudian dibersihkan dengan sikat kecil. Setelah dirasa bersih, wilah keris dikeringkan dengan cara dijemur di atas brambut atau sekam ketan hitam.
Untuk menjaga bentuk pamor agar tetap terlihat dan terawat, wilah keris dibasuh menggunakan warangan, yaitu cairan kimia khusus yang telah dipersiapkan. Untuk memastikan warangan telah merasuk, keris dipijat dengan halus.
Penjamasan diakhiri dengan membasuh lagi wilah keris menggunakan banyu landa. Setelah itu kembali dikeringkan dengan sekam hitam, lalu dilap dengan kain putih.
Keris Kiai Cinthaka kemudian diberi weangian dengan mengoleskan minyak yang tidak ada kandungan alkohol sama sekali (alcohol free).
Setelah sesaat diangin-anginkan agar minyk kering dan meresap, wilah keris kemudian dipasangkan kembali ke pegangan atau ukirannya, kemudian dimasukkan ke warangkanya, penjamsan pun selesai.
Keris Kiai Cinthaka yang telah selesai dijamas kemudian kemudian dibungkus kembali dan dimasukkan kedalam peti penyimpanan. Dan dengan iringan bacaan shalawat dari hadirin, keris dikembalikan ke tempatnya semula, yaitu diatas pendapa Tajug Menara Kudus. Selain keris, dua trisula yang biasa terpasang di sisi mihrab atau pengimamam Masjid al-Aqsha, juga turut dijamas.
Setelah tahapan penjamasan selesai, dilangsungkan pembacaan Tahlil bersama. Sebagai pelengkap disajikan hidangan berupa “jajan pasar” yaitu makanan berupa aneka jajan tradisional yang dibeli pada pagi hari di pasar, menjelang pelaksanaan jamasan. Yang tak kalah menarik, dihidangkan pula nasi dan masakan opor ayam panggang, yang konon merupakan menu kesukaan Kangjeng Sunan Kudus


Produser
H. Em. Nadjib Hassan

Sutradara
Miftah Ali

Penulis
H. Em. Nadjib Hassan

Kameramen
Miftah Ali
Rofi’i
Afa

Editor
Miftah Ali

Musik
Suluk Tajug Menara

Pengisi Narasi
Miftah Ali

Narasumber
H. Em. Nadjib Hassan
H Faqihuddin
Mbah Suharno
Pak Anis

Terimakasih kepada
pengurus Yayasan Masjid Menara & Makam Sunan Kudus,
panitia Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus 1442 H,
MQ Picture, MQ Sound,
Pak Ipung Elang Mas
dan semua pihak yang terlibat membantu
terciptanya film ini

Ikuti terus update terbaru dari channel kami.
Jangan lupa subscribe, like, share and comment..
Dukung terus channel Official Menara Kudus agar terus berkembang dan memberikan manfaat

show more

Share/Embed