đź”´ Suara Sakral Gamelan Pusaka Kanjeng Kyai Gunturmadu Kraton Mataram Yogyakarta
SABDALANGIT TV SABDALANGIT TV
149K subscribers
3,642 views
59

 Published On Premiered Sep 26, 2023

Keraton Yogyakarta memiliki berbagai benda pusaka yang dijaga dan disakralkan, diantaranya berupa alat musik gamelan. Gamelan adalah alat musik ansambel tradisional Jawa dengan tangga nada pentatonis dalam sistem tangga nada slendro dan pelog. Sebutan Gamelan berasal dari kata “gamel” dan akhiran “an” yang dalam bahasa Jawa memiliki arti memukul atau menabuh yang merujuk pada kata benda. Sehingga gamelan bermakna seperangkat alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh.
masyarakat Jawa juga menyebut gamelan sebagai gangsa yang merupakan jarwa dhosok (akronim) dari tiga sedasa (tiga dan sepuluh). Gangsa atau tiga sedasa merujuk pada elemen pembuat gamelan berupa perpaduan tiga bagian tembaga dan sepuluh bagian timah untuk menghasilkan perunggu yang dianggap sebagai bahan baku terbaik untuk membuat gamelan.
Dalam hal ini, Keraton Yogyakarta diketahui memiliki pusaka berupa 21 perangkat gamelan yang dikelompokkan menjadi dua, yakni Gangsa Pakurmatan dan Gangsa Ageng. Gangsa Pakurmatan dimainkan untuk mengiringi Hajad Dalem atau upacara adat keraton. Sementara Gangsa Ageng yang memiliki instrumen lebih lengkap dimainkan sebagai pengiring pagelaran seni budaya keraton. Dua gamelan pusaka di antara 21 itu adalah Gamelan Kanjeng Kihai Gunturmadu dan Kanjeng Kihai Nagawilaga.
1. Gamelan Kanjeng Kiai Gunturmadu Kanjeng Kiai Gunturmadu merupakan salah satu dari Gamelan Kanjeng Kiai Sekati yang termasuk dalam Gangsa Pakurmatan dan khusus dimainkan pada perayaan Sekaten. Pada perayaan Sekaten, Gamelan Kyai Guntur Madu yang lebih tua diletakkan di Pagongan Kidul Masjid Gedhe Kauman, yaitu di sebelah kanan Sultan. 2. Gamelan Kanjeng Kiai Nagawilaga Gamelan Kanjeng Kiai Nagawilaga merupakan salah satu dari Gamelan Kanjeng Kiai Sekati yang termasuk dalam Gangsa Pakurmatan dan khusus dimainkan pada perayaan Sekaten. Pada perayaan Sekaten, Gamelan Kyai Nogo Wilogo yang lebih muda, diletakkan di Pagongan Lor Masjid Gedhe Kauman atau di sebelah kiri Sultan.

Asal Mula Gamelan Pusaka Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga

Gamelan Sekati mulanya adalah pusaka milik Kerajaan Mataram yang terdiri dari dua perangkat yakni Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari. Keduanya dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung yang pada tahun 1566 Je atau tahun 1644 Masehi.
Namun pasca Perjanjian Giyanti, Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari akhirnya dibagikan secar adil masing-masing kepada Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Yogyakarta mendapat Gamelan Kyai Guntur Madu sedang Surakarta mendapat Gamelan Kyai Guntur Sari. Untuk mengembalikan kelengkapan Gamelan Sekati, maka Sri Sultan Hamengku Buwono I membuat putran (duplikat) dari Kanjeng Kiai Guntur Sari yang kemudian diberi nama Kanjeng Kiai Naga Wilaga. Hal ini pula yang membuat peletakan gamelan pada perayaan Sekaten memiliki aturan tersendiri. Gamelan Kyai Guntur Madu yang lebih tua diletakkan di Pagongan Kidul Masjid Gedhe Kauman, yaitu di sebelah kanan Sultan . Sementara Gamelan Kyai Nogo Wilogo yang dianggap lebih muda, diletakkan di Pagongan Lor Masjid Gedhe Kauman.
Saat tidak digunakan, Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Nogo Wilogo disimpan dan diperlakukan layaknya pusaka kerajaan di Bangsal Keraton. Sebelum perayaan Sekaten, tepatnya tiga hari sebelunya, kedua gamelan ini akan dijamas (dibersihkan) terlebih dahulu
Kedua gamelan tersebut kemudian akan dikeluarkan dari Keraton dengan upacara khusus yang disebut Miyos Gongso. Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Nogo Wilogo akan diarak oleh para abdi dalem dengan dikawal oleh bregada yang menggunakan pakaian adat Jawa.
Selama perayaan Sekaten, Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Nogo Wilogo akan ditabuh bergantian oleh abdi dalem selama tujuh hari berturut-turut.

show more

Share/Embed