ZIARAH SULTAN HADIWIJAYA/MAS KAREBET/JOKO TINGKIR
RENDA JEJAK LELUHUR RENDA JEJAK LELUHUR
5.83K subscribers
18,036 views
151

 Published On Oct 28, 2022

SULTAN HADIWIJAYA

Kali ini kita berziarah dimakam sultan hadiwijaya atau mas karebet atau joko tingkir di Komplek permakaman di Dusun Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh Kabupaten sragen jawa tengah.
Dikompleks pemakaman butuh ini berjarak sekitar 16 kilometer dari Kota Sragen, tepatnya, Di kompleks pemakaman Butuh terdapat lebih dari 20 pusara yang dikelilingi tembok. Sembilan pusara di antaranya berada di dalam cungkup.Dalam kompleks makam tersebut, bersemayam keluarga Ki Ageng Kebo Kenanga atau Ki Ageng Butuh.Sosoknya dikenal sebagai Adipati Pengging II di Boyolali, setelah menggantikan ayahnya, Raden Handayaningrat.

Pusara Joko Tingkir, penguasa Keraton Pajang (1550-1582),berada pada bagian tengah cungkup itu.Selain itu, disamping makamnya, ialah makam sangat istri yakni Roro Alit, putri dari Sunan Lawu, yang mana Sunan Lawu diketahui merupakan putra Prabu Brawijaya V.
Kemudian, masih dalam satu tempat, terdapat makam Mas Karebet/Raden Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Terdapat 3 makam berdekatan, yang diketahui merupakan makam Kanjeng Pangeran Monco Negoro, Kanjeng Tumenggung Wilomarto, Kanjeng Tumenggung Wuragil.Ketiganya, merupakan sahabat Raden Joko Tingkir yang menemaninya ketika menyusuri Sungai Bengawan Solo menggunakan perahu. Juga terdapat makam Senopati Pajang, yakni Kanjeng Pangeran Haryo Sinawung, yang berada di sebelah kiri makam.Serta terdapat beberapa makam lagi, yang masih kerabat dengan Raden Joko Tingkir.

Di halaman kompleks pemakaman terdapat batang kayu yang sudah keropos. Kayu itu diyakini sebagai sempalan perahu gethek yang membawa Joko Tingkir ke Dusun Butuh melalui Sungai Bengawan Solo. Sempalan gethek itu berupa belahan kayu jati sepanjang sekitar dua meter.Di luar makam juga terdapat sejumlah makam yang tidak dikenali, yang diketahui merupakan makam para pengikut Raden Joko Tingkir.
Kompleks makam Butuh pernah dipugar pada masa pemerintahan Pakubuwana X, sekitar tahun 1930.Kini, arsitekturnya menyerupai makam keraton solo dengan ditandai pada pintu masuk bertuliskan PB X.

Jaka Tingkir merupakan putra dari Ki Ageng Kebo Kenanga dari pernikahannya dengan Roro Alit putri Sunan Lawu. Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, Lahir pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal mangsa VIII menjelang subuh. Diberi nama "Mas Karebet" karena ketika dilahirkan, ayahnya Ki Kebo Kenanga sedang menggelar pertunjukan wayang beber dan dalangnya adalah Ki Ageng Tingkir.Namun suara wayang yang "kemebret" tertiup angin membuat bayi itu diberi nama "Mas Karebet".

Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging II dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir) sejak saat itu masa remajanya lebih dikenal dengan nama "Jaka Tingkir".
Mas Karebet gemar bertapa, berlatih bela diri dan kesaktian, sehingga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, tampan dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging) ayahnya sendiri dan Muhammad Kabungsuan (Ki Ageng Pengging sepuh) kakek HAdiwijaya. Selain ayah dan Kakek, ia juga belajar dengan kakek dari Ibu, yaitu Sunan Kalijaga. Ia juga juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Dalam perguruan ini ada murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil yang kemudian menjadi sahabatnya.
Sepeninggal Sultan Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar Sunan Prawoto seharusnya naik takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh Arya Penangsang (sepupunya di Jipang) tahun 1549.
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kesultanan demak tersebut kemudian dipindah ke Pajang dengan Adiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan Prawoto yang menjadi Adipatinya.
Adiwijaya juga mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dalam pemerintahan. Mas Manca dijadikan patih bergelar Patih Mancanegara, sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil dijadikan menteri berpangkat ngabehi.
HAdiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.
HAdiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan Arya Pangiri bupati Demak. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak raja Demak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang Arya Pangiri sebagai penerus garis suksesi Sultan Demak dahulu.kemudian kesultanan pajang diteruskan oleh putranya yaitu pangeran benowo.
#makamwali
#sultanhadiwijaya

show more

Share/Embed