Driving Around Solo City with the last tram in Indonesia⁉️ Kereta terakhir di jalan raya Kota Solo‼️
Walking Around Walking Around
98.9K subscribers
9,118 views
194

 Published On Dec 7, 2022

Menyusuri Sejarah Rel Kereta di Sepanjang Jalan Slamet Riyadi Solo

#Solo - Salah satu keunikan yang dapat ditemukan di Kota Solo adalah rel kereta api yang berada sejajar sepanjang #JalanSlametRiyadi. Pada waktu tertentu, kereta api (KA) tampak melintas beriringan dengan para pengendara di jalan protokol Kota Solo itu.
Keberadaan rel kereta itu sudah sejak sekitar tahun 1900. Pembangunan rel beriringan dengan berdirinya perusahaan swasta Solosche Tramweg Maatschappij (STM) pada tahun 1892.

Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, mengatakan awalnya kereta menggunakan tenaga kuda hingga kemudian muncul kereta bertenaga uap atau setum.

"Yang naik kereta saat itu hanya orang Belanda atau China. Orang pribumi yang naik kereta hanya saudagar kaya. Karena ongkosnya cukup mahal," kata Heri saat dihubungi wartawan, Sabtu (23/1/2021).

Rute kereta berawal dari Benteng Vastenburg ke Gladag kemudian ke barat. Ada beberapa titik pemberhentian, seperti Kampung Kauman, Derpoyudan (timur Nonongan), Pasar Pon, Kebon Rojo (Sriwedari) hingga belok ke Purwosari.

Kemunculan lokomotif tenaga uap pada tahun 1905 kemudian membuat jalur kereta api diperpanjang. Dari Gladag atau Benteng Vastenburg, rel diperpanjang ke utara.

Rel melintasi Pasar Gede, Jalan Urip Sumoharjo hingga Stasiun Jebres. Namun dalam perjalanannya, jalur ke utara ini telah hilang.

"Saat itu kereta api menjadi alat transportasi utama di dalam kota. Lalu lintas semakin padat hingga diperlukan pengatur lalu lintas, terutama di Pasar Gede," ujar dia.

Setelah kekuatan listrik ada di Solo, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) selaku lembaga perkeretaapian milik pemerintah Hindia-Belanda, mengganti kereta uap dengan trem.

Jalur trem itu tak hanya beroperasi di dalam kota, namun juga sampai ke Wonogiri dan Boyolali. Bahkan NISM juga melayani jalur Solo ke Yogyakarta dan Semarang.

Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Waskito Widi, mengatakan kemunculan STM tidak terlepas dari keberhasilan NISM membangun jalur kereta di Semarang (Vorstenlanden). Selain untuk penumpang, kereta juga mengangkut bahan pangan.

Meski di pusat kota, Jalan Slamet Riyadi dahulu tidak sebesar sekarang. Dahulu jalan utama berada di depan Pasar Klewer hingga ke barat (kini Jalan Rajiman).

"Dulu sempat menimbulkan konflik karena ada rel kereta di mana-mana, tapi lobi Belanda ke Keraton Kasunanan Surakarta berhasil," kata Widi.

Dalam perjalanannya, kata Widi, STM kemudian bangkrut. Sebab jalur ke Wonogiri ternyata tidak begitu menguntungkan, sementara modal pengembangan cukup tinggi.
"Karena produk pangan di Wonogiri kan nggak begitu banyak. Beda dengan Vorstenlanden yang mengangkut tembakau, gula yang nantinya diekspor lewat pelabuhan Semarang, akhirnya STM bangkrut dan pengelolaannya beralih ke NISM," ujar dia.

Di zaman modern, sempat muncul usulan masyarakat untuk menghilangkan rel kereta tersebut. Sebab sering terjadi kecelakaan tunggal saat pengguna jalan melewati rel kereta itu.

Terutama saat berada di rel bengkong Purwosari, pengguna jalan berkecepatan tinggi kadang terjatuh. Dengan difungsikannya kembali rel untuk KA #BataraKresna (Solo-Wonogiri) dan Sepur Kluthuk Jaladara (kereta wisata dalam kota), masyarakat semakin berhati-hati saat melintasi rel.

Baca artikel detiknews, "Menyusuri Sejarah Rel Kereta di Sepanjang Jalan Slamet Riyadi Solo" selengkapnya https://news.detik.com/berita-jawa-te....
===

https://www.solopos.com/menapak-jejak...

https://id.wikipedia.org/wiki/Solosch...

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_k...

===
#walkingaround #drivingaround

show more

Share/Embed