Mitsubishi melalui PT Kramayudha Tiga Berlian Motors (KTB) pernah mewarnai segmen penjualan bus besar di Indonesia pada era 1980-1990-an dengan berbagai varian bus bermesin depan (Mitsubishi BM series), dan bus bermesin belakang (Mitsubishi RM series).

Bus-bus buatan Mitsubishi yang bodi karoserinya saat itu dikerjakan oleh karoseri Trijaya Union, Tangerang, mampu bersaing dengan bus-bus besar yang dipasarkan Hino (sasis AK dan RK series) maupun bus-bus dari pabrikan Eropa seperti Mercedes-Benz (sasis OF dan OH series).

Namun sejak memasuki awal 2000-an, Mitsubishi perlahan mundur dari peta persaingan bus besar karena pasarnya yang semakin tergerus oleh kompetitor.

Kini, pasar bus besar di Indonesia tumbuh luar biasa seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terus stabil dengan tren yang positif serta berkembangnya bisnis jasa transportasi darat.

Namun fenomena ini tak memancing minat Mitsubishi untuk memasukkan lagi sasis-sasis bus besarnya ke pasar Indonesia.

"Untuk saat ini kita belum akan masuk lagi ke pasar bus besar karena kebijakan dari prinsipal kami belum mengarah kesana," kata Intan Vidiasari, Head of Public Relations KTB kepada Tribun di Jakarta, baru-baru ini.

Intan mengemukakan, meski tak menggarap segmen bus besar lagi, KTB tetap menggarap segmen bus medium yang pasarnya terus tumbuh, baik bus medium enam roda maupun empat roda atau biasa disebut microbus.

Sampai saat ini kita masih menggarap pasar bus, tapi kita fokus di bus medium saja dengan dua pilihan tipe untuk bus medium enam roda, dan satu tipe untuk empat roda," ujar Intan

Dua tipe sasis bus yang dipasarkan saat ini tersebut adalah seri FE 83 BC berkekuatan 110 PS dan FE 84G BC berkekuatan 136 PS, dan satu tipe sasia bus empat roda (microbus) FE 71BC 110 PS.

Di medium enam roda, Mitsubishi masih menguasai pbusangsa pasar terbesar dan bersaing ketat dengan Hino FB 130 PS dari Hino dan NQR71 dari Isuzu.

Menurut Intan, di segmen kendaraan komersial, Mitsubishi saat ini fokus menggarap segmen kendaraan niaga kategori 2 dan kategori 3 melalui model Mitsubishi Colt Diesel 'Si Kepala Kuning' dan Mitsubishi Fuso

serta kendaraan niaga ringan yang dikontribusi dari penjualan pick up Mitsubishi T120 SS, Strada Triton, dan L300.

Mitsubishi L300 saat ini masih memimpin pasar di segmennya dengan market share 68 persen.

Sementara di truk kategori 2, Mitsubishi mengandalkan Colt Diesel enam roda yang terbagi dalam empat varian,

masing-masing Super Economical (seri F E 73, F E 73 H D), Super Speed (seri F E 74S, F E 74 H D), Super Power (seri FE Super HD) dan Super Capacity (seri F E HD-L) bersasis panjang dan berkabin lebar yang resmi mulai diluncurkan 2012 lalu.

Tahun ini, seperti Executive Marketing Director KTB Ibrahim Alamsjah, Mitsubishi menargetkan pangsa pasar penjualan kendaraan niaga sebesar 55 persen

dan total penjualan semua jenis dan tipe kendaraan Mitsubishi (passenger dan commercial vehicle) sepanjang tahun ini sebesar 155.000 unit.

Hadirnya produk ini lantas membuat pasar bertanya kapan Fuso juga turut bermain di segmen big bus atau bus besar. 

Aji Jaya, Sales and Marketing Director PT KTB mengatakan, saat ini Mitsubishi Fuso di Indonesia masih berfokus pada segmen LTD (light duty truck). 

Kita  saat ini masih fokus menggarap segmen bus LTD yang punya enam ban dan empat ban. Kalau Canter Bus itu punya empat ban," kata Aji kepada media, Jumat (08/03/2024).

Terkait penjualan bus besar, saat ini Aji mengatakan pihaknya masih mempelajari potensi pasar. Maka dari itu perusahaan juga secara internal sedang melakukan studi tentang bisnis di segmen big bus.

Pada pasar Jepang, Mitsubishi Fuso Truck and Bus (MFTBC) sebenarnya juga menjual bus besar di antaranya Rosa, Aero Star, Aero Queen, dan Aero Ace.

Namun saat ini kita masih fokus di segmen mikrobus kelas enam ban dan empat ban yang mana kita masih menjadi market leader di sana. Kita mau pertahankan posisi itu, baru setelah itu secara pararel mempelajari potensi yang ada di kelas lebih besar," kata Aji. 

mitsubishi #mitsubishifuso #fuso #busindonesia