Tari Bedhaya Pangkur
PASSWETAN GONDANG PASSWETAN GONDANG
1.38K subscribers
135 views
2

 Published On May 9, 2024

Tari Bedhaya Pangkur adalah yasan ndalem (karya raja) PB IV yang sudah berumur lebih dari 200 tahun.
Di dalam lingkungan kraton, keberadaan tarian- tariannya dikelola oleh beberapa abdi dalem yang dibagi dalam kelompok-kelompok dengan penanggung jawab pengageng parentah keputren. Diantara kelompok - kelompok tersebut adalah kelompok abdi dalem bedhaya yang mempunyai tugas pokok sebagai penari bedhaya. Disamping sebagai penari, para abdi dalem tersebut juga mempunyai tugas lainnya, yaitu sebagai penjaga keamanan di lingkungan keputren. Maka dari itu para abdi dalem tersebut juga dibekali ilmu bela diri.

Seperti tarian bedhaya lainnya, gerakan tari bedhaya Pangkur juga mempunyai gerakan lembut dan mengalir dengan iringan gendhing Pangkur. Jumlah penarinya sembilan orang dengan jabatan dan nama yang berbeda-beda.
Yaitu : batak, gulu, dhaha, endhel weton, endhel ajeg, apit ngarep, apit meneng, apit mburi dan buncit. Kesembilan jabatan penari bedhaya Pangkur tersebut adalah manifestasi pengendali hawa nafsu manusia (babahan hawa sanga). Mengenai ricikan (instrumen) iringannya simpel, tidak seperti ricikan-ricikan tarian lainnya. Karena hanya terdiri dari kemanak, kethuk, kenong, kendhang dan gong. Ditambah vokal sindhenan.

Tari bedhaya Pangkur adalah tarian sakral yang menceritakan tentang keseimbangan hawa nafsu dan akal sehat manusia. Namun menurut Gusti Puger (salah satu putra sawargi PB XII) tari bedhaya Pangkur juga bisa dipentaskan sebagai hiburan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran bayi atau untuk penyambutan tamu.
Kesembilan penarinya menggunakan rias busana yang sama dengan memakai bunga yang diletakkan didalam samparan (kain panjang seperti ekor). Sehingga ketika para penari mulai bergerak/menari, bunga-bunga tadi keluar memenuhi area dan membuat tarian bedhaya semakin agung. Namun sekitar tahun 1970-an, yaitu pada masa PB XII oleh sinuwun tarian bedhaya boleh keluar dari dalam tembok kraton. Artinya mulai tahun tersebut tarian bedhaya boleh dipelajari oleh masyarakat umum.
ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia) sekarang ISI dan PKJT (Pusat Kesenian Jawa Tengah) sekarang TBJT yang pertama kali "memanfaatkan" kesempatan emas itu. Sebagai salah satu lembaga pendidikan dan lembaga budaya yang kala itu berlokasi di Sasana Mulyo dan Siti Hinggil (bagian bangunan dari Kasunanan Surakarta), sedikit demi sedikit menggali dan mempelajari tarian- tarian bedhaya.  Sehingga sampai saat ini tarian - tarian adi luhung itu masih bisa dinikmati. Salam budaya...

Penari : Dwi Lintang Widyawati dkk.

show more

Share/Embed