Walking Around SUKABUMI City ‼️ Jalan Stasiun Timur Sukabumi → Jln Siliwangi → Jl A Yani → Alun Alun
Walking Around Walking Around
96.7K subscribers
38,372 views
0

 Published On Apr 25, 2022

Walking Map : https://bit.ly/3vcfG9e

#Sukabumi is a landlocked city surrounded by the regency of the same name (enclave) in the southern foothills of Mount Gede, in West Java, Indonesia, about 100 km (62 mi) south of the national capital, Jakarta.

At an altitude of approximately 584 m (1,916 ft), the city is a minor hill station resort, with a cooler climate than the surrounding lowlands. The area around Sukabumi is also a popular destination for whitewater rafting. Tea and Rubber production is a major industry in the area. The suburban area surrounding Sukabumi circling the mountain has grown tremendously in population, such that northern Sukabumi Regency, hugging the volcano, and bordering Greater Jakarta, is home to the bulk of the regency's population. The area of the city is 48.33 km2, and the population at the 2010 Census was 300,359, while the 2020 Census was 346,325. However, some 1.8 million people, as of the 2010 census figures, live in the surrounding metropolitan area. The bulk of the metro area population is unusual in that it forms a narrow southwest ring around Mount Gede. The eastern portion of the ringed population belt continues on to Cianjur Regency.

The area around Sukabumi was already inhabited at least in the 11th century. The first written record found in this area was the Sanghyang Tapak inscription in Cibadak, 20 km west of the city. Written in Kawi script, the stone tells about the prohibition of fishing activity in the nearby river by the authorities of the Sunda Kingdom.

At the end of the 16th century, the area was captured by the Banten Sultanate, after the fall of the Sunda Kingdom. The area however became contested in the 1620s between Banten, the Mataram Sultanate in the east and the Batavia-based Dutch East India Company. After a series of military clashes between them, the area was included in a buffer zone territory between Banten and Mataram, although the area is considered de jure as a part of Mataram.

In 1677, after the Dutch forced Mataram to sign a series of unequal treaties as a consequence of Dutch assistance for quelling the Trunajaya rebellion, Sukabumi came under direct control of Tjiandjoer. By that time, there were only few rural Sundanese settlements existed, one of the largest was Tjikole.

https://en.wikipedia.org/wiki/Sukabumi
===

#KotaSukabumi adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini merupakan salah-satu kota dengan luas wilayah terkecil di #JawaBarat.

Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 dalam catatan arsip Hindia Belanda oleh Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang ahli bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter) yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole. Dalam laporan surveynya, De Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada temannya Nicolaus Engelhard yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda, di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Thomas Stamford Raffles, Gubernur Hindia Belanda saat itu.

Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh De Wilde. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sunda, yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap, dikarenakan iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai".

De Wilde sendiri lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1823. Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan Bandoeng dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor dibangunnya jalur kereta dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang terhubung pada tahun 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan Staatspoorwagen ini menjadi jantung distribusi dalam pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke pelabuhan Tandjoeng Priok di Batavia.

Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar keturunan Tionghoa pertama di Indonesia yaitu Li Po pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Su...
===

#Sukabumi
#JawaBarat
#WalkingAround

show more

Share/Embed