Masyarakat perkotaan (urban community) dikenal punya tingkat kesibukan yang padat. Waktu mereka berkutat dengan pekerjaan lebih panjang, berkebalikan dengan jam istirahat yang cukup singkat. Ini jadi salah satu alasan yang memaksa sebagian besar masyarakat kota terjebak dengan gaya hidup serba praktis. Contoh kecilnya soal makan. Biasanya, perilaku makan seseorang berkaitan dengan tempat di mana ia melakukan interaksi sosial dengan masyarakat sekitarnya. Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, masyarakat Medan pun mengalami hal serupa. Aktivitas yang padat menuntut sebagian masyarakat Medan memilih bersantap di rumah makan karena dapat menikmati sajian yang enak dan cepat.
Namun apa jadinya jika sebuah rumah makan di kota Medan tidak hanya menjawab persoalan sejengkal perut. Bertransformasi menyesuaikan kebutuhan manusia sesuai zamannya. Sehingga manusia bisa berbagi kisah dan membangun hubungan sosial di dalamnya.