Perjanjian Roem Royen, Perjuangan Bangsa Indonesia Lepaskan Diri dari Belanda & Tokoh Delegasinya
Tribunnews Tribunnews
13.2M subscribers
6,009 views
77

 Published On Jul 12, 2023

TRIBUN-VIDEO.COM - Tepat pada 13 Juli ini Wakil Presiden RI yang pertama, Moh. Hatta mengesahkan Perjanjian Roem Royen.

Perjanjian ini sebagai bukti bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah.

Indonesia masih berusaha melepaskan diri dari Belanda melalui jalur diplomasi.

Salah satunya melalui Perjanjian Roem Royen atau Roem Roijen.

Bangsa Indonesia bahkan sebelumnya sudah dua kali menempuh jalur diplomasi dengan pemerintahan Belanda.

Yakni melalui Perjanjian Linggarjati pada 1946 dan Perjanjian Renville pada 1948.

Perjanjian Roem Roijen atau juga disebut perjanjian Roem Van Roijen merupakan sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda.

Perjanjian ini berlangsung hampir sebulan.

Dimulai pada tanggal 17 April 1949 dan ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Namanya diambil dari dua pemimpin delegasi yaitu Mohammad Roem yang berasal dari Indonesia dan Herman van Roijen yang merupakan delegasi dari Belanda.

Perjanjian ini dimaksudkan untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.

Ternyata perundingan perjanjian berjalan sangat alot hingga memaksa menghadirkan Mohammad Hatta dari pengasingannya saat itu di Bangka.

Selain Bung Hatta, perjanjian ini juga memerlukan kehadiran Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta guna mempertegas sikap Sri Sultan terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta.

Sebab kala itu Yogyakarta merupakan Ibu Kota sementara Indonesia dan merupakan sasaran utama Agresi Militer Belanda II.

Oleh sebab itu, hadirnya Sri Sultan dalam perundingan Roem Royen memberikan dampak penting.

Perjanjian Roem Royen diawali dari serangan Belanda kepada Indonesia setelah Kemerdekaan yang disebut agresi militer Belanda I dan II.

Pada saat itu, Belanda menyerbu Yogyakarta dan juga menawan beberapa pemimpin Indonesia sebagai tahanan politik.

Mereka juga menyebarkan propaganda bahwa tentara Indonesia sudah hancur sehingga dikecam oleh dunia internasional.

Hal tersebut menuai berbagai kecaman dari luar negeri.

Tekanan dari luar negeri yang bertubi-tubi akhirnya membuat Belanda kembali bersedia berunding.

Dalam perundingan tersebut, Belanda akan kembali memulihkan pemerintahan setelah para pemimpin Indonesia memberi perintah untuk menghentikan gerilya bekerja sama dalam pemulihan perdamaian dan memelihara ketertiban serta keamanan.

Perundingan Roem-Roijen kemudian kembali dilanjutkan pada 1 Mei karena tekanan dari Amerika Serikat yang menjanjikan bantuan ekonomi setelah Belanda menyerahkan kedaulatan.

Jika Belanda belum menyerahkan kedaulatan Indonesia, Amerika Serikat tidak akan memberikan bantuan apa pun kepada Belanda.

Keberhasilan Perjanjian Roem Royen kemudian membuahkan pengakuan kedaulatan penuh Belanda atas Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Den Haag di tahun yang sama.

Isi perjanjian Roem Royen merupakan kesepakatan perdamaian kedua belah pihak sebelum ditandatangani pada 7 Mei 1949.

Tekanan dari dunia Internasional atas Agresi Militer Belanda II memberikan dampak serius ke Belanda.

Terbukti setelah tercapainya perjanjian Roem Royen, Belanda menepati semua kesepakatan yang dibuat dengan Indonesia.

Pada 6 Juli, Soekarno dan Hatta dikembalikan dari pengasingan ke Yogyakarta yang merupakan ibu kota sementara Republik Indonesia saat itu.

Pada 13 Juli, Moh. Hatta mengesahkan Perjanjian Roem Royen dan menunjuk Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) pada 22 Desember 1948.

Kemudian pada 3 Agustus, gencatan senjata Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa dan Sumatera.

Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang seluruh masalah di agenda pertemuan, kecuali masalah Papua-Belanda.

Pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta pada 24 Juni 1949.

Pasukan Belanda ditarik mundur dari Yogyakarta pada 1 Juli 1949.

Pembahasan penghentian permusuhan dibahas setelah kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.

Keberhasilan perundingan tentu tidak lepas dari tokoh-tokoh kunci Perjanjian Roem Royen.

Mereka adalah Mohammad Roem, Ali Sastroamijoyo, Johannes Leimena, Ir. Juanda.

Beserta Prof. Supomo Johannes Latuharhary, A.K. Pringgodigdo, Mohammad Hatta, dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.(*)

VO: Saradita
VP: Ika Vidya

#beritaterbaru #beritaterkini #beritaviral #live #breakingnews #politik #perjanjian #soekarno #bunghatta #mohammadhatta #linggarjati

show more

Share/Embed