Tamasya Di Jakarta || Agus R Sarjono || Taufik Sandjojo
Taufik Sandjojo Taufik Sandjojo
1.61K subscribers
1,775 views
0

 Published On Feb 19, 2021

Untuk hasil maksimal anjuran menggunakan earphone
-------
Agus R. Sarjono dikenal sebagai penyair, cerpenis, dan esais. Ia lahir di Bandung, 27 Juli 1962. Pendidikan formalnya IKIP Bandung Studi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Kajian Sastra. S-2, Fak. Ilmu Budaya, UI. Semasa mahasiswa ia aktif sebagai ketua Unit Pers Mahasiswa IKIP Bandung (1987-1989).

Pernah sebagai Ketua DPH Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) periode 2003-2006. Sebelumnya ia adalah Ketua Komite Sastra DKJ periode 1998-2001. Sehari-hari, ia bekerja sebagai pengajar di Jurusan Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung serta menjadi redaktur majalah Sastra Horison.

Beberapa buku yang pernah dieditorinya antara lain: Saini KM: Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993), Catatan Seni (1996), Kapita Selekta Teater (1996), Pembebasan Budaya-Budaya Kita (1999), Dari Fansuri ke Handayani (2001), Horison Sastra Indonesia (2002), Horison Esai (2003), Malam Sutera: Sitor Situmorang (2004), Teater Tanpa Masa Silam: Arifin C. Noer (2005), Poetry and Sincerity (2006).
Karyanya dimuat berbagai koran, majalah, dan jurnal terkemuka di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Puisinya telah banyak dikaji oleh peneliti dalam dan luar negeri. Dr. Heike Gabler teaterawan dan sinolog di Berlin adalah salah satu pengkaji puisi Agus R. Sarjono. Ia berpendapat tentang kumpulan puisi Tulang Segar dari Banyuwangi (Frische Knochen aus Banyuwangi), bahwa "Agus R. Sarjono tidak saja menciptakan gambar/imaji, tetapi juga membangunkan elemen dan figur dalam puisinya agar hidup. Ia membuatnya berkomunikasi seperti dalam suatu drama. Hal tersebut mengingatkan saya akan kebiasaan animistis". Begitu pendapat Dr. Heike Gabler.

Penah mengikuti bengkel kerja puisi, seperti Asean Writers Conference/Workshop (Poetry) di Manila (1994). Agus juga pernah menjadi tutor/pendamping penyair Indonesia dalam Bengkel Puisi Majelis Sastera Asia Tenggara di Jakarta (1997).

Diundang membacakan sajaknya di beberapa festival internasional, seperti Istiqlal International Poetry Reading di Jakarta (1995), Festival Seni Ipoh III di negeri Perak, Malaysia (1998), Malam Puisi Indonesia-Belanda di Erasmus Huis (1998), Festival de Winternachten di Den Haag, Belanda (1999 dan 2003), Malam Indonesia, Paris (1999), Festival Internasional Poetry on the Road, Bremen (2001), Internasionales Literaturfestival, Berlin (2001), dan Puisi Internasional Indonesia di Makassar dan Bandung (2002).

Ia kerap diundang pula menjadi pemakalah di berbagai kegiatan sastra, antara lain: Mimbar Penyair Abad 21, di TIM (1996). Pertemuan Sastrawan Nusantara IX/Pertemuan Sastrawan Indonesia 1997, di Sumatera Barat. Pertemuan Sastrawan Nusantara X/Pertemuan Sastrawan Malaysia I, di Johor Bahru.

Tahun 2001 (Februari hingga Oktober), Agus tinggal di Leiden, Belanda sebagai writer in residence atas undangan Poets of All Nations serta peneliti tamu pada International Institute for Asian Studies (IIAS), Universitas Leiden.

Ia juga pernah diundang sebagai penyair tamu di Heinrich Boll Haus, Langenbroich, Jerman, Desember 2002 hingga Maret 2003*. Dalam masa itu ia diundang berdiskusi dan membacakan puisinya di berbagai universitas terkemuka dan pusat kesenian di Jerman. (*Sebagai sastrawan Indonesia pertama yang mendapat kehormatan untuk tinggal dan menulis di rumah sastrawan besar Jerman. Heinrich Boll Stiftung adalah peraih nobel sastra).

Beliau juga merupakan salah seorang instruktur sastra bagi para guru se-Indonesia. Kesibukannya yang lain adalah sebagai anggota Majelis Sastra Asia Tenggara yang disponsori oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Karya esainya diterbitkan dalam buku, antara lain Bahasa dan Bonafiditas Hatu (2001) dan Sastra dalam Empat Orba (2001). Karya dramanya, terbit dalam buku Atas Nama Cinta (2004). Puisinya terbit dalam berbagai antologi di Indonesia, bahkan di Manila (Filipina), Seoul (Korea Selatan), serta Bremen dan Berlin (Jerman). Selain itu, karyanya diterjemahkan pula ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Serbia, Arab, Korea, dan China.

Bersama Berthold Damshauser, ia menjadi editor seri puisi Jerman dan menerjemahkan beberapa puisi, antara lain, Zaman Buruk bagi Puisi, Berthold Brecht (2004); Candu dan Ingatan, Paul Celan (2005); Satu dan Segalanya, Johann Wolfgang von Goethe (2007).

Buku puisinya yang telah terbit al :
Kenduri Air Mata (1994), A Story from the Land of the Wind (1999, 2001), Suatu Cerita dari Negeri Angin (2001), Frische Knöckhen aus Banyuwangi (dalam bahasa Jerman, 2002), Diterbangkan Kata-Kata (antologi puisi, 2006), Kepada Urania (terjemahan karya Joseph Brodsky 1998), Impian Kecemburuan (terjemahan karya Seamus Heaney, 1998)
(dari berbagai sumber bacaan: wikipedia, ensiklopedi Sastra Indonesia, buku kumpulan puisi, suatu cerita dari negeri angin, dll)
-------
Musik latar, disediakan oleh: 48Art (free background music)
-------
#musikalisasipuisi #wikipuisi #agusrsarjono #tamasyadijakarta #suarapuisi #puisiku

show more

Share/Embed